Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Guru Besar Bidang Ilmu Sosialogi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Dr Yayuk Yuliati mengemukakan fenomena feminisasi pertanian akhir-akhir ini terjadi hampir di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia.
"Fenomena feminisasi pertanian ini ditandai dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja perempuan di sektor pertanian," kaya Prof Yayuk Yuliati kepada awak media di Malang, Jawa Timur, Selasa.
Jumlah petani perempuan pada tahun 2016 mencapai 52,71 persen meningkat menjadi 55,04 persen pada Februari 2017. Sebaliknya, jumlah petani laki-laki justru menurun, dari 83,46 persen menjadi 83,05 persen. Kondisi ini menunjukkan keterlibatan perempuan dalam kegiatan pertanian semakin meningkat dibandingkan laki-laki.
Lebih lanjut, Yayuk mengatakan feminisasi pertanian mengacu pada peningkatan partisipasi perempuan dalam pertanian, baik sebagai produsen independen, sebagai pekerja keluarga yang tidak dibayar atau sebagai pekerja upahan pertanian.
Di hampir seluruh belahan dunia telah terjadi feminisasi, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, berkembangnya sektor industri menyebabkan banyaknya lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi permukiman penduduk, bangunan publik, perkantoran, dan taman hiburan yang menyebabkan keluarga petani harus mencari tambahan pendapatan.
Kondisi tersebut, lanjutnya, menjadikan petani laki-laki meninggalkan desanya untuk mencari penghidupan yang lebih baik di kota atau di luar negeri, sementara perempuan tinggal di desa mengurusi rumah tangga dan pertaniannya.
Menurut Yayuk, fenomena feminisasi pertanian ini sebenarnya tidak masalah jika perempuan yang melanjutkan kegiatan pertanian sudah siap, artinya perempuan sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan formal yang cukup seperti laki-laki, serta ikut memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses produksi pertanian.
Oleh karena itu, lanjutnya, guna meningkatkan kapasitas perempuan tani, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan, yakni pemberian akses sumber daya kepada perempuan, pengurangan beban kerja perempuan.
Selain itu, koordinasi yang kuat antara pemerintah dan masyarakat dalam merumuskan pembangunan yang berperspektif gender, serta perlunya diskusi dan sosialisasi gender bagi seluruh elemen masyarakat agar tercipta kesetaraan gender, khususnya dalam pembangunan pertanian.
Prof Dr Yayuk Yuliati akan dikukuhkan sebagai profesor di bidang Ilmu Sosiologi Pertanian UB, Rabu (20/11). la merupakan profesor aktif ke-40 dari FP dan ke-253 di UB.
Baca juga: DPR RI Minta Pemprov Jambi Perhatikan Petani Perempuan
Baca juga: IFC Membantu Petani Kopi Perempuan Indonesia Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Keluarga
Baca juga: Dukungan petani sawit untuk caleg perempuan berkualitas
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019