Wakil Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto di Surabaya, Selasa mengatakan digitalisasi dengan menggunakan aplikasi berbasis daring/online itu akan mengatasi berbagai persoalan, salah satunya adalah transparansi.
"Saat ini, program tol laut cenderung stagnan dan tidak berdampak positif terhadap penurunan harga barang di Indonesia Timur. Padahal, pemerintah melalui Kemenhub berkomitmen menurunkan biaya logistik yang saat ini mencapai 24 persen dari produk domestik bruto (PDB) menjadi 16 persen, sesuai yang diamanatkan di Sistem Logistik Nasional (Sislognas)," katanya.
Baca juga: KPPU: Semua pihak yang terkait monopoli tol laut akan dipanggil
Adik yang berencana maju dalam bursa calon ketua Kadin Jatim ini mengakui, tingginya biaya logistik di Indonesia Timur lebih disebabkan karena ketidakseimbangan arus pergi dan balik, kemudian kurangnya kesiapan infrastruktur dan intransparansi informasi logistik.
Oleh karena itu, Adik mengapresiasi langkah Kemenhub yang akan menerapkan digitalisasi pelayanan tol laut, sebab sebelumnya pemerintah juga telah berupaya keras memperbaiki infrastruktur, terbukti dengan meningkatnya "Logistik Performance Indonesia" (LPI) dari peringkat 73 di tahun 2016 ke peringkat 54 di tahun 2018.
"Kita tidak dapat mengharapkan dari perbaikan infrastruktur semata, namun perlu perbaikan di sektor peningkatan arus balik, peningkatan kompetensi dan transparansi informasi logistik, dan penerapan digitalisasi layanan sangat tepat dilakukan," katanya.
Baca juga: Cegah monopoli tol laut, Kemenhub gandeng Gojek
Ia menjelaskan, Indonesia Timur menyimpan begitu banyak potensi daerah atas sumber daya alam yang berlimpah, dan kini sudah mulai banyak investasi yang dilakukan oleh pengusaha dalam dan luar negri, terbukti dengan semakin meningkatnya permintaan barang menuju daerah tersebut yang semakin beragam.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Capt Wisnu Handoko mengatakan digitalisasi pelayanan akan dilakukan untuk mempermudah proses pemesanan kontainer secara transparan dan dapat membagi muatan secara fair kepada shipper yang ada di daerah Terpencil, Tertinggal, Terluar, dan Perbatasan (3TP).
"Platform digital ini nantinya diharapkan memberikan peluang yang lebih mudah karena masyarakat Indonesia yang sudah mulai terbiasa menggunakan aplikasi seperti Gojek untuk berbagai pemesanan transportasi," ujar Wisnu, menjelaskan.
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019