Kondisi pembangkit di UP Brantas saat ini semua siap beroperasi, akan tetapi karena kondisi inflow air yang masuk ke waduk kecil maka KwH produksinya jadi berkurang.

Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Musim kemarau yang panjang di Malang Raya mengakibatkan produksi energi listrik yang dihasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Unit Pembangkitan (UP) Brantas di Waduk Ir. Sutami, Kabupaten Malang, Jawa Timur, kurang optimal.

Kepala Bidang Stakeholder Management PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Doddy Nafiudin mengatakan bahwa saat ini kondisi pembangkit UP Brantas dalam keadaan siap beroperasi, akan tetapi karena kondisi inflow air yang mengecil, produksi berkurang.

"Kondisi pembangkit di UP Brantas saat ini semua siap beroperasi, akan tetapi karena kondisi inflow air yang masuk ke waduk kecil maka KwH produksinya jadi berkurang," kata Doddy, di Kabupaten Malang, Selasa.

Doddy menjelaskan, untuk mengatasi berkurangnya air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, pihaknya mengatur pola operasi PLTA Brantas, dan PLTA lainnya supaya bisa tetap beroperasi dengan baik saat pagi atau malam hari.

Baca juga: BMKG: Tidak benar isu kekeringan panjang dan El-Nino pada 2020

Menurut Doddy, saat ini pembangkit di UP Brantas tetap beroperasi dengan beban kurang lebih mencapai 110 MegaWatt (MW) pada malam hari, dan pada pagi hari, beroperasi dengan beban berkisar 45 MW.

"Pembangkit di UP Brantas saat malam hari beroperasi dengan beban sekitar 110 MW, sedangkan pada pagi hari, beban 45 MW," kata Doddy.

Doddy menambahkan, meski produksi listrik PLTA Brantas mengalami penurunan, namun untuk pemenuhan kebutuhan listrik Jawa-Bali masih dalam kondisi aman. Hal tersebut disebabkan masih ada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU).

"Kondisi masih aman, karena masih ada PLTU dan PLTGU di sistem Jawa-Bali, yang masih beroperasi normal dan tidak terpengaruh musim kemarau panjang," ujar Doddy.

Dalam upaya untuk menambah inflow air yang masuk ke Waduk Ir. Sutami tersebut, telah dilakukan kerja sama antara Perum Jasa Tirta 1 dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk melaksanakan Teknologi Modifikasi Cuaca.

Modifikasi cuaca tersebut dilakukan pada DAS Brantas, yang terletak di Kota Batu, Jawa Timur. Operasi modifikasi tersebut dilakukan selama 20 hari, hingga awal Desember 2019, yang diharapkan mampu meningkatkan air masuk pada DAS Brantas hulu.

Baca juga: Gubernur Papua minta Luhut ikut tawarkan investasi PLTA Mamberamo

Dalam operasi TMC kali ini, BPPT mengerahkan pesawat CASA 212-200 dengan nomor resgitrasi A-2101 milik BPPT yang dalam pengoperasiannya didukung Skuadron 4 TNI AU Abdulrachman Saleh Malang.

Bahan semai yang akan dipergunakan kurang lebih sebanyak 20 ribu kilogram NaCL. Tercatat, untuk wilayah Malang, operasi kali ini merupakan yang kelima, setelah sebelumnya operasi serupa dilakukan pada 1998, 2007, 2012, dan 2013.

"Modifikasi cuaca sudah dilakukan. Hal itu untuk membuat inflow di DAS Brantas kembali normal atau elevasinya kembali diatas pola," kata Doddy.

Selain dipergunakan untuk PLTA, Waduk Ir. Sutami juga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air pada sektor pertanian dan industri. Kemarau panjang kali ini, menyebabkan beberapa wilayah di Malang mengalami kekeringan ekstrim, dengan hari tanpa hujan lebih dari 60 hari.

DAS Brantas Hulu merupakan salah satu DAS di Jawa Timur dengan luas mencapai 3.761 km2. Wilayah aliran sungai Brantas Hulu dikelilingi oleh pegunungan, di Barat Gunung Arjuno dan Gunung Kawi, di sisi Timur dibatasi oleh Gunung Semeru dan Gunung Bromo.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019