Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan keprihatinannya pada menguatnya ketegangan baru antara pihak barat dan Rusia yang disebut dapat mengalihkan perhatian dunia dari isu-isu penting internasional.
"Presiden mengungkapkan keprihatinannya pada ketegangan strategi baru antara Rusia dan barat itu yang disiarkan di harian International Herald Tribune edisi hari ini," kata Juru bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal kepada wartawan di Kantor Kepresidenan Jakarta, Selasa.
Dalam harian International Herald Tribune edisi 16 September 2008, Presiden Yudhoyono menulis artikel berjudul "A Chill the World Cannot Afford".
Pada artikelnya tersebut Presiden menyebut ketegangan baru di dunia internasional sebagai hal terakhir yang dibutuhkan sistem internasional saat ini.
Presiden Yudhoyono merujuk pada ketegangan antara pihak barat dan Rusia pasca bentrokan antara Rusia dan Georgia yang didukung pihak barat atas kasus Ossetia Selatan dan Abkhazia.
Menurut Kepala Negara, masih ada banyak hal yang harus menjadi perhatian masyarakat internasional saat ini antara lain adalah pencapaian target Tujuan Pembangunan Milenium (MDG`s) pada 2015, isu perubahan iklim, krisis energi dan krisis pangan.
Presiden Yudhoyono berpendapat ketegangan baru tersebut dapat mengalihkan sumber daya dari isu-isu kritis tersebut yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat internasional sekalipun tidak berpandangan bahwa ketegangan baru itu akan menggiring dunia pada perpecahan ideologi sebagaimana terjadi pada masa lalu.
Pada artikel itu Presiden Yudhoyono juga menyebut bahwa di sejumlah besar Asia pertikaian bersenjata relatif menurun termasuk di Aceh.
Pada kesempatan itu Dino juga membagikan salinan dari artikel Hannah Beech di majalah Time edisi September 2008 mengenai keberhasilan Presiden Yudhoyono memimpin Indonesia. Artikel itu berjudul "A Political Success Story: Under the Leadership of Retired General, Indonesia has Become a Role Model for Better Governance".(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008