Jakarta, (ANTARA News) - Asosiasi Perusahaan Jasa TKI (Apjati) bertekad untuk menempatkan TKI sesuai dengan target sebelumnya, yakni 1 juta TKI dalam tahun 2009. Ketua Umum Apjati Nurfaizi di Jakarta, Selasa, mengatakan penempatan TKI adalah program yang berdampak langsung pada TKI dan keluarganya, serta lingkungan di sekitarnya itu, memasukkan devisa triliunan ke Indonesia. Dia mencatat, dalam lima tahun terakhir sudah Rp167 triliun yang masuk ke Indonesia melalui TKI. Angka itu nomer dua setelah minyak dan gas. Karena itu, dia mengimbau 337 perusahaan yang tergabung dalam Apjati untuk menjawab harapan Presiden RI untuk memperbaiki sistem penempatan dan menciptakan suasana kondusif bagi calon TKI. Mantan Kepala Harian Badan Narkotika Nasional itu mengatakan saat ini peluang kerja di luar negeri terbuka lebar. Di Selandia Baru terdapat 300.000 peluang kerja, di Saudi Arabia sekitar 56.000, juga terbuka peluang di Syria, Libya, dan negara timur tengah lainnya. Sementara peluang menjadi perawat terbuka di Australia, Jepang, sejumlah negara Eropa, dan Amerika Serikat. Peluang itu bisa direbut, jika semua pihak terkait di dalam negeri duduk bersama membahas upaya merebut peluang tersebut. Kendalanya, kualitas sumber daya manusia Indonesia masih relatif rendah, terutama pada kemampuan berbahasa asing dan ketrampilan. Untuk itu, Apjati dalam dialog dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Senin (15/9) telah meminta pada pemerintah untuk membantu masalah pelatihan TKI. Permintaan tersebut, telah direspons pemerintah dengan meminta usulan perbaikan yang perlu dilakukan untuk membenahi penempatan TKI. Apjati sudah membentuk tim kecil untuk membahas usulan perbaikan yang diminta pemerintah. "Presiden Susilo juga langsung mengadakan rapat dengan sejumlah menteri terkait setelah pertemuan dengan jajaran pengurus Apjati Senin kemarin," kata Nurfaizi. Presiden, kata Nurfaizi, mengundang pengurus Apjati untuk bertemu lagi dengannya pada Oktober 2008 lengkap dengan usulan dan program konkrit yang harus dilakukan.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008