Jakarta, (ANTARA News) - Bank Pembangunan Asia (ADB) memproyeksikan penurunan harga minyak baru-baru ini hanya sementara dan pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil di kawasan Asia akan menambah tekanan pada pasokan minyak dunia dan membuat harga akan kembali berada di atas 100 dolar AS per barel dan bertahan minimal hingga 2020. Proyeksi Perkembangan Ekonomi Asia (ADO) terbaru yang diterima ANTARA, Selasa menyebutkan hal itu akan sangat memukul Asia sebagai "net importer" energi sehingga akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan memaksa negara-negara di kawasan itu untuk melakukan penyesuaian yang sulit dalam rangka mendorong efisiensi konsumsi BBM. "Harga minyak akan tetap tinggi, dan semakin cepat negara-negara berkembang di Asia menyadari kenyataan ini semakin baik," kata Ifzal Ali, Kepala Ekonom ADB. "Pertumbuhan ekonomi yang kuat pada saat harga minyak tinggi dalam beberapa tahun belakangan ini, seharusnya tidak membuat kita percaya bahwa prospek pertumbuhan ekonomi di Asia tidak akan terpengaruh oleh mahalnya harga minyak. Melihat ke depan, harga minyak yang tinggi secara berkepanjangan hampir bisa dipastikan akan berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi Asia di waktu yang akan datang." Menurut ADB, pertumbuhan yang sangat cepat di negara-negara berkembang di kawasan Asia dan besarnya kebutuhan akan impor energi telah berdampak besar pada harga minyak dunia. Selain itu, berkurangnya surplus kapasitas minyak dunia yang disebabkan oleh tingginya permintaan ditambah dengan ulah para spekulan keuangan akan menyebabkan gejolak yang lebih besar pada harga minyak dunia. Ali mengatakan perkiraan mengenai harga minyak dalam jangka panjang yang ada dalam laporan itu harus menjadi peringatan bagi para pembuat kebijakan di negara-negara berkembang di Asia.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008