Palembang (ANTARA News) - Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) termasuk kawasan rawan banjir dan bencana tanah longsor terbukti sampai akhir tahun 2008 tercatat sebanyak 39 kali banjir dan longsor pada sejumlah daerah, seperti Palembang, Musi Banyuasin, Musi Rawas dan Banyuasin. Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumsel, Sri Lestari Kadariah mengatakan, di Oalembang, Jumat, bahwa Sumsel termasuk salah satu daerah rawan bencana banjir dan longsor dari 27 provinsi di Indonesia. Kedua bencana tersebut menjadi permasalahan serius yang setiap saat bisa dialami sejumlah daerah rawan terutama ketika musim hujan seperti saat ini, katanya, ketika dihubungi di Palembang, Jumat. Menurut dia, dari 39 kali bencana banjir dan longsor tersebut tersebar disejumlah kabupaten dan kota setempat mulai dari Palembang, Musi Banyuasin, Musirawas, Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Muara Enim, Lahat dan Prabumulih serta Ogan Komering Ulu (OKU) Timur. Bahkan pada sejumlah daerah selama tahun 2008 ini bisa berkali-kali terendam terutama pemukiman penduduk di Kota Palembang dan persawahan di OKU Timur, tambahnya. Ia mengatakan, akibat banjir tersebut sumber penghidupan masyarakat, seperti sawah, ladang dan perkebunan rakyat terendam dan terancam tidak berproduksi karena genangan air tidak surut. "Sedikitnya 11 ribu hektar sawah di Sumsel rusak dan terancam puso sehingga kerugian petani diperkirakan mencapai Rp22 milyar akibat banjir tersebut," katanya. Tidak hanya itu, akibat banjir melanda ratusan rumah terendam sehingga menyebabkan ribuan orang terpaksa mengungsi sejumlah fasilitas umum, seperti jalan desa, jembatan dan gedung sekolah serta tempat ibadah juga terendam. Aktivitas masyarakat pun terganggu sehingga mereka pun kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka karenanya warga terpaksan meminta bantuan dari pemerintah setempat, ujarnya. Dia mencontohkan, akibat banjir di Kabupaten OKU Timur, pada februari 2008 yang melanda 46 desa di 13 kecamtan ribuan warga kesulitan memperoleh air bersih sehingga berbagai penyakit pun berkembang dengan cepat mulai dari dehidrasi, diare sampai dengan kekurangan asupan makanan akibat tidak tersedianya bahan pangan. Begitu juga dengan warga di Kota Palembang yango pemukimannya termasuk langganan banjir setiap tahun sampai kini juga masih tetap terendam karena belum ada solusi tepat bagi pemerintah setempat dalam mengantisipasi bencana banjir itu, tambah dia.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009