Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ikhsan menilai hingga saat ini Indonesia masih memerlukan kebijakan yang mendorong likuiditas ketat dan suku bunga yang agak tinggi.
"Ketatnya likuiditas saat ini justru membantu meredam gejolak rupiah. Jadi, likuiditas dan suku bunga adalah 'tools' (instrumen kebijakan) yang sangat penting," kata Fauzi di Gedung Djuanda I Departemen Keuangan Jakarta, Senin.
Menurut dia, di tengah situasi kelam di mana mata uang regional yang mengalami tekanan berat maka likuiditas yang justru membantu menekan gejolak rupiah.
"Rupiah yang 'nganggur' dan kemungkinan bisa dipakai untuk membeli valas untuk berspekulasi pun menjadi terbatas," kata Fauzi.
Fauzi melihat, pertumbuhan kredit beberapa waktu lalu hingga mencapai 30-35 persen sebenarnya sudah menunjukan sinyal "over heating."
Sedangkan kebijakan suku bunga agak tinggi diperlukan untuk menekan inflasi yang masih tinggi sekaligus demi memberi ekspekstasi inflasi yang lebih rendah pada 2009.
Menanggapi penurunan defisit APBN 2008 dari semula 2,1 persen menjadi 1,7 persen, Fauzi menyebutnya sebagai sinyal bahwa surat utang yang akan diterbitkan pemerintah (SUN) akan lebih sedikit dari rencana semula sehingga akan menurunkan kepercayaan masyarakat pada (besaran) APBN.
"Penurunan jumlah penerbitan SUN sudah tepat karena kalau pasar sedang tertekan dan pemerintah kelihatan butuh uang maka 'funding costnya' akan tinggi, tetapi kalau memberi sinyal bahwa pemerintah memiliki anggaran yang sehat maka otomatis 'funding cost' bisa ditekan," katanya.
Menurut dia, investor saat ini sedang menunggu pasar stabil kembali untuk masuk lagi ke pasar dan begitu masuk mereka terlebih dahulu akan menyasar pasar SUN, baru setelah itu pasar saham.
Penurunan jumlah SUN yang akan diterbitkan pada 2008 bukan masalah fiskal utama yang dihadapi Indonesia.
"Masalah di sisi fiskal adalah 'spending' (investasi) bukan 'financing' (belanja) seperti kenapa begitu banyak dana pusat dan daerah yang menumpuk dan tidak bisa digunakan atau dicairkan sesuai rencana anggaran," katanya. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008