Hong Kong (ANTARA) - Polisi Hong Kong menembakkan gas air mata dan peluru karet pada Senin untuk mendorong balik para pemrotes antipemerintah yang mencoba melarikan diri dari sebuah universitas, tempat ratusan orang bersembunyi dengan senjata bom bensin dan senjata rakitan lainnya.

Penembakan itu berlangsung di tengah kekhawatiran bahwa bentrokan akan mengarah pada tindakan keras berdarah.

Puluhan orang berusaha melarikan diri dari Universitas Politeknik setelah malam sebelumnya kota yang dikuasai China itu diwarnai kekacauan. Jalan-jalan utama diblokir, sebuah jembatan dibakar dan seorang polisi ditembak dengan busur dan anak panah.

Banyak yang ditangkap di dekat universitas pada Senin, penyiar publik RTHK melaporkan, sementara di kawasan niaga dekat Nathan Road, para pegiat menghentikan lalu lintas dan memaksa pusat perbelanjaan dan toko tutup.

"Kami sudah lama terperangkap di sini. Kami membutuhkan semua warga Hong Kong untuk mengetahui bahwa kami membutuhkan bantuan," kata Dan, seorang pemrotes berusia 19 tahun di kampus, sambil menangis.

"Saya tidak tahu berapa lama lagi kami bisa terus seperti ini. Kami mungkin membutuhkan bantuan internasional."

Para pengunjuk rasa berusaha melakukan pelarian lain pada sore hari tetapi dihadang dengan lebih banyak tembakan gas air mata.

Tiga puluh delapan orang terluka semalam pada Minggu 17/11), kata Otoritas Rumah Sakit kota. Saksi Reuters melihat beberapa pengunjuk rasa menderita luka bakar akibat semburan bahan kimia yang ditembakkan dari meriam air polisi.

Baca juga: Polisi Hong Kong tembakkan gas air mata ke kampus

Seorang pengunjuk rasa ditangkap oleh polisi antikerusuhan ketika berupaya keluar menyelamatkan diri dari kampus Hong Kong Polytechnic University (PolyU) selama bentrokan dengan polisi di Hong Kong, China, Senin (18/11/2019). ANTARA/REUTERS/Thomas Peter/tm

"Ingat, nyawa ada di tangan kalian. Mengapa kalian ingin membuat kami mati?" satu orang meneriaki polisi dari atap kampus ketika pengunjuk rasa mengenakan masker gas dan payung sambil berpelukan mencari cara untuk melarikan diri.

Polisi mendesak pemrotes untuk "meletakkan senjata" dan pergi.

"Polisi mengimbau semua orang di dalam Universitas Politeknik untuk meletakkan senjata dan barang-barang berbahaya yang mereka pegang, melepas topeng gas mereka dan pergi melalui tingkat atas Jembatan Selatan Jalan Cheong Wan secara tertib," kata kepolisian dalam sebuah pernyataan.

"Mereka harus mengikuti instruksi polisi dan tidak boleh menyerang barisan polisi."

Video yang disiarkan secara langsung memperlihatkan para pengunjuk rasa dengan tangan terikat di belakang punggung mereka duduk dalam posisi menyilangkan kaki di jalan ketika polisi antihuru-hara berjaga di salah satu distrik komersial dan wisata tersibuk di bekas jajahan Inggris itu.

Polisi mengatakan mereka menembakkan tiga peluru tajam ketika "perusuh" menyerang dua petugas yang berusaha menangkap seorang wanita. Tidak ada yang terluka dan wanita itu melarikan diri di tengah kerusuhan, yang memburuk secara dramatis dan telah menjerumuskan pusat keuangan Asia itu ke dalam kekacauan selama hampir enam bulan.

Baca juga: AS kecam "penggunaan kekuatan seenaknya' di Hong Kong

Seorang pengunjuk rasa ditangkap oleh polisi antikerusuhan ketika berupaya keluar menyelamatkan diri dari kampus Hong Kong Polytechnic University (PolyU) selama bentrokan dengan polisi di Hong Kong, China, Senin (18/11/2019). ANTARA/REUTERS/Thomas Peter/tm

Demonstran marah pada apa yang mereka lihat sebagai campur tangan China pada kebebasan yang dijanjikan bagi Hong Kong ketika kota itu kembali ke pemerintahan China pada tahun 1997. Mereka mengatakan mereka merespons penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh polisi.

China mengatakan mereka berkomitmen pada formula "satu negara, dua sistem", yang memberi Hong Kong otonomi, dan menuduh polisi kota menggunakan kekerasan yang tidak semestinya.

Sumber: Reuters

Baca juga: Polisi lepaskan tembakan saat massa di Hong Kong rusuh

Baca juga: Mahasiswa Hong Kong yang jatuh selama protes meninggal di rumah sakit

Pemerintah Benahi Kesulitan WNI di Hong Kong

Penerjemah: Gusti Nur Cahya Aryani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019