Jakarta (ANTARA News) - Rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin sore merosot melewati angka Rp9.450 per dolar AS, karena pelaku pasar terus memburu dolar AS menyusul membaiknya dolar AS di pasar global.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp9.455/9.460 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp9.415/9.504 per dolar AS atau melemah 40 poin.
Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, Senin mengatakan, tekanan pasar terhadap rupiah makin meningkat, sehingga mata uang Indonesia terpuruk lebih besar dari sebelumnya.
Hal ini disebabkan pembelian dolar AS oleh pelaku asing masih tinggi, akibat membaiknya mata uang asing itu di pasar global, katanya.
Meningkatnya tekanan itu, lanjut dia, karena Bank Indonesia (BI) cenderung membiarkan mata uang Indonesia bergerak sesuai dengan keinginan pasar.
"BI untuk sementara akan berdiam diri dan tetap berada di pasar mengikuti pergerakan kedua mata uang itu," ucapnya.
Menurut dia, besarnya tekanan itu, karena likuiditas pasar saat ini sangat ketat. Pemerintah sendiri untuk sementara akan menghentikan penjualan surat utang negara (SUN) agar likuiditas pasar kembali likuid.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia 100 dolar AS di pasar Asia bergerak turun, setelah anjungan minyak AS mengalami kerusakan akibat amukan topan Ike.
Kontrak utama New York untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman Oktober berada pada posisi 99,05 dolar per barel dari 101,18 dolar per barel dan minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman Oktober turun 1,56 dolar menjadi 96,02 dolar per barel.
Harga minyak mentah turun sekitar sepertiga dari rekor tinggi di atas 147 dolar AS per barel pada Juli lalu karena para investor semakin pesimistis seputar pelemahan permintaan energi di tengah signal ekonomi global terus melemah.
Namun melemahnya harga minyak mentah dunia memicu dolar AS di pasar global membaik, ujarnya.
Ia mengatakan, apabila rupiah mencapai angka Rp9.500 per dolar AS, maka pergerakan mata uang lokal itu akan terus terpuruk yang dikhawatirkan pada akhir tahun ini mencapai Rp10.000 per dolar AS.
"Karena itu, kami optimis BI akan tetap menjaga rupiah agar tidak melewati angka Rp9.500 per dolar AS, meski BI saat ini membiarkannya sesuai dengan keinginan pasar, ucapnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008