Beijing (ANTARA) - Pengusaha Indonesia mendorong pemerintah untuk menjalin kerja sama dengan pemerintah Xinjiang, daerah otonomi di China yang banyak dihuni masyarakat etnis minoritas Muslim Xinjiang.

"Xinjiang sebagai daerah provinsi (punya) banyak kemiripan dengan Indonesia karena sama-sama multietnis dengan umat Muslim terbanyak. Ini kita bisa kerja sama lebih erat," kata Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk, Boy Garibaldi Thohir, di Beijing, Minggu (17/11) malam.

Ketika ditemui seusai melakukan kunjungan bersama para pemimpin redaksi media arus utama di Indonesia ke Xinjiang, dia juga mengusulkan pemerintah kedua negara saling belajar karena Indonesia dan Xinjiang sama-sama dirundung isu radikalisme dan ekstremisme.

"Tapi lebih dari itu, ada potensi dari Xinjiang yang harus kita manfaatkan, seperti wisata halal, wisata Muslim," kata kakak kandung Menteri BUMN Erick Thohir itu.

Sebelumnya, Boy menyangka bahwa daerah setingkat provinsi di wilayah barat China itu sangat terbelakang.

"Begitu saya datang bersama teman-teman (Forum Pemred) wah luar biasa infrastrukturnya, income-nya," ujarnya.

Untuk sektor pariwisata, lanjut dia, pemerintah Indonesia harus lebih gencar berpromosi di Xinjiang.

"Mereka tidak punya pantai, pasti mereka ingin datang ke daerah tropis. Kita juga bisa encourage (dorong) teman-teman dari Indonesia datang ke Xinjiang karena ternyata di China banyak saudara yang seiman dan mereka tidak mempermasalahkan agama. Mereka beribadah dan shalat, asalkan dilakukan di tempat-tempat yang sudah ditentukan, begitu kata undang-undangnya," ujar Boy di antara delegasi yang dipimpinnya.

Delegasi tersebut berjumlah 17 orang, termasuk 10 pemimpin media massa di Indonesia.

Dalam kunjungannya selama dua hari di Xinjiang pada 15-16 November 2019, delegasi Indonesia ditemui wakil gubernur dan Ketua Asosiasi Muslim China (CIA) setempat, Imam Abdur Raqib.

Baca juga: 10 pemred media arus utama Indonesia kunjungi Xinjiang

Para pengunjung Xinjiang International Grand Bazaar di Urumqi melintas di depan masjid. ANTARA/M. Irfan Ilmie/tm


Boy menyebutkan Sumatera Barat dan Aceh menjadi tujuan wisata yang cocok bagi masyarakat Xinjiang.

Dengan berpromosi di Xinjiang, Indonesia bisa meningkatkan jumlah wisatawan asing dari China yang selama ini hanya mampu diperoleh pada kisaran angka di bawah tiga juta, padahal Thailand sudah bisa mendatangkan 12 juta turis China.

Sementara untuk potensi perdagangan, dia kagum pada kapas dan tomat yang menjadi komoditas utama ekspor dari Xinjiang.

"Mereka produsen kapas. Indonesia impor kapas dari Amerika. Amerika beli kapas dari Xinjiang. Kenapa tidak langsung saja beli dari Xinjiang?" ujarnya.

Ia juga mengaku baru menyadari bahwa Xinjiang adalah salah satu produsen terbesar tomat di dunia.

"Saus tomat sumbernya dari Xinjiang. Kenapa kita tidak impor dari sini? Di Indonesia kan banyak pabrik saus. Jadi menurut saya, khusus untuk Xinjiang kita bisa tingkatkan kerja samanya karena unik dan kita punya peluang lebih besar agar kita bisa berkompetisi dengan Thailand dan Vietnam karena kita bisa manfaatkan faktor kedekatan agama," ujarnya.

Baca juga: Xinjiang, jantung Jalur Sutera nan Rupawan

Baca juga: Dubes AS minta PBNU juga soroti muslim Xinjiang

Cara China meredam ekstremisme

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019