Sudah banyak produk manufaktur kita yang kompetitif di kancah global
Tokyo (ANTARA) - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita berupaya memaksimalkan kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB), yang pada kuartal II 2019 mencapai sebesar 19,52 persen PDB.
“Kami akan terus maksimalkan hingga lima tahun mendatang, karena memang manufaktur yang berkontribusi besar terhadap PDB,” kata Menperin di Tokyo, Jepang, Minggu.
Menperin Agus mengungkapkan industri manufaktur masih menjadi kontributor paling besar terhadap nilai ekspor nasional.
Baca juga: Menperin optimistis RI masih jadi tujuan utama investasi manufaktur
Pada periode Oktober 2019, industri pengolahan mencatat nilai ekspor sebesar 11,34 miliar dolar AS atau menyumbang 75,95 persen dari total ekspor nasional yang menembus hingga 14,93 miliar dolar AS.
“Sudah banyak produk manufaktur kita yang kompetitif di kancah global. Oleh karena itu, Kemenperin dan Kementerian Perdagangan akan terus berkoordinasi untuk memfasilitasi akses dan kemudahan bagi pelaku industri kita supaya bisa memperluas pasar ekspor,” tuturnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2019 mengalami surplus sebesar 161 juta dolar AS. Surplus tersebut karena nilai ekspor mencapai 14,93 miliar dolar AS dan impor 14,77 miliar dolar AS.
Baca juga: Menko Airlangga: Surplus neraca dagang bukti keberhasilan pemerintah
Baca juga: Oktober 2019, neraca perdagangan surplus 161,3 juta dolar AS
Sementara itu, ekspor nonmigas menyumbang hingga 93,8 persen dari total ekspor nasional pada bulan ke-10 tahun ini, dan sektor nonmigas mencatatkan surplus sebesar 990,5 juta dolar AS.
Berikutnya, sepanjang Januari-Oktober 2019, nilai ekspor dari produk industri pengolahan menembus hingga 105,1 miliar dolar AS atau menyumbang 75,56 persen dari total ekspor nasional yang mencapai 139,1 miliar dolar AS.
Sedangkan, ekspor nonmigas berkontribusi sebesar 92,56 persen terhadap total ekspor nasional pada Januari-Oktober 2019.
Adapun 10 produk yang berperan besar terhadap capaian nilai ekspor pada periode yang sama tersebut, yakni bahan bakar mineral; lemak dan minyak hewan/nabati; mesin/peralatan listrik; kendaraan dan bagiannya; serta besi dan baja.
Selanjutnya, perhiasan/permata; karet dan barang dari karet; mesin-mesin/pesawat mekanik; serta pakaian jadi bukan rajutan, serta kertas/karton.
Terkait tujuan utama ekspor Indonesia, Tiongkok tetap sebagai negara yang terbesar nilainya, yaitu mencapai 21,12 miliar dolar AS (16,4 persen), diikuti Amerika Serikat 14,53 miliar dolar AS (11,29 persen), dan Jepang 11,47 miliar dolar AS (8,91 persen).
“Pemerintah terus berupaya memperluas akses pasar ekspor untuk industri manufaktur. Misalnya, kita perluas pasar ekspor ke negara-negara nontradisional seperti di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika,” sebut Menperin.
Baca juga: Menristek: Indonesia harus lebih kompetitif di sektor manufaktur
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019