menggunakan pakan terstandarisasi serta prosesnya melalui proses yang higienis
Surabaya (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat tak mengkhawatirkan telur ayam produksi peternak di wilayahnya karena telah melalui proses terstandarisasi.
"Saya ingin sampaikan ke masyarakat seluruh Indonesia, bukan Jatim saja, bahwa telur dari sini aman dan tak ada yang dikhawatirkan," ujarnya di sela meninjau lokasi peternakan ayam ras di Desa Kambingan, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu.
Kekhawatiran masyarakat akibat adanya informasi yang menyebut bahwa telur dari Jatim memiliki tingkat kontaminasi dioksin atau bahan kimia berbahaya sisa pembakaran plastik.
Para peneliti dari jaringan kesehatan lingkungan global The International Pollutants Elimination Network (IPEN) bersama Asosiasi Arnika dan beberapa organisasi lokal merilis laporan "Plastic Waste Poisons Indonesia's Food Chain" dan tersiar menjadi informasi di sejumlah media.
Dalam laporan yang dilakukan di Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur, tersebut menyatakan bahwa telur dari ayam kampung yang mencari makanan di sekitar tumpukan sampah plastik, memiliki tingkat kontaminasi dioksin terparah di dunia.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa telur yang dikumpulkan para peneliti dari masyarakat di Tropodo, ditemukan mengandung bahan kimia seperti dioksin dan asam perfluorooctanesulfonic (PFOS).
Dioksin bisa menyebabkan berbagai penyakit pada manusia seperti penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes dan endometriosis, sedangkan PFOS menyebabkan kerusakan sistem reproduksi dan kekebalan tubuh.
Menurut Khofifah, informasi yang terkonfirmasi di dalam publikasi tersebut merupakan ayam yang dilepas sehingga menjadi sangat berbeda dengan telur ayam produksi peternak.
"Ini telur yang dijual komersial dan menjadi penyuplai pasar-pasar tradisional maupun modern dengan menggunakan pakan terstandarisasi serta prosesnya melalui proses yang higienis. Ini yang membedakan dengan ayam kampung lepasan," ucapnya.
Terhadap hasil penelitian di Tropodo, kata dia, Pemprov Jatim menghormatinya dan telah menurunkan tim dari Dinas Peternakan Jatim bersama Fakultas Peternakan Universitas Airlangga Surabaya membantu melakukan uji laboratorium.
Dikonfirmasi di tempat sama, Kepala Dinas Peternakan Jatim Wemi Niamawardi menyampaikan pihaknya sudah menurunkan tim untuk menguji di laboratorium sebagaimana petunjuk dari Gubernur.
"Sekarang masih dicek dan kami menunggu hasilnya. Nanti setelah ada hasilnya akan kami laporkan ke Gubernur," katanya.
Sementara itu, berdasarkan dari data Dinas Peternakan provinsi setempat, bahwa Jatim berkontribusi 29 persen terhadap kebutuhan telur nasional dan disuplai ke hampir seluruh daerah di Tanah Air.
Produksi telur di Jatim pada 2018 sebesar 542 ribu ton atau setara 8,2 miliar butir telur dengan jumlah 14-15 butir telur per kilogram.
Baca juga: Menjamin konsumsi telur aman hingga ke meja makan
Baca juga: Masyarakat kurangi konsumsi telur ayam
Baca juga: Pemerintah berupaya turunkan harga ayam dan telur
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019