Jutaan orang Sri Lanka memberi suara mereka pada Sabtu (16/11) memilih presiden baru untuk memimpin negeri tersebut keluar dari kemelut ekonomi paling dalam selama lebih dari 15 tahun, setelah serangan bom bunuh diri Paskah yang membunuh keyakinan penanam modal dan melukai sektor pariwisata.
Gotabaya Rajapaksa, yang mengawasi militer mengalahkan separatis Tamil di bawah kakaknya dan presiden saat itu Mahinda Rajapaksa 10 tahun lalu, telah menjanjikan kepemimpinan kuat guna mengamankan 22 juta warga pulau itu, yang kebanyakan adalah orang Sinhala Buddha .
Baca juga: Rakyat Sri Lanka pilih presiden baru untuk obati perpecahan
Dengan seperempat dari seluruh suara dihitung, Gotabaya Rajapaksa meraih 48,2 persen, sementara pesaing utamanya, menteri pemerintah Sajith Premadasa, mengantungi 45,3 persen, kata Komisi Pemilihan Umum.
Gotabaya Rajapaksa meraih keunggulan di bagian selatan pulau tersebut, yang didominasi etnik Sinhala, serta suara lewa pos, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad.
Gotabaya Rajapaksa, yang mengkampanyekan kebijakan untuk membantu orang miskin, juga unggul di bagian utara --tempat yang kebanyakan warganya dari etnik minoritas Tamil.
Komisi itu telah memperkirakan hasil jelas diperoleh pada Ahad malam dan presiden baru akan diambil sumpahnya satu hari kemudian.
Baca juga: Australia: Pencari suaka dari Sri Lanka meningkat
Partai politik Tamil dengan keras menentang Gotabaya Rajapaksa --yang menghadapi tuduhan pelanggaran luas hak asasi warga sipil dalam tahap akhir perang melawan kaum separatis pada 2009.
Gotabaya Rajapaksa dan kakaknya membantah tuduhan itu.
Orang Muslim, kelompok minoritas besar lain, menyatakan mereka juga menghadapi permusuhan sejak serangan April terhadap hotel dan gereja yang menewaskan lebih dari 250 orang. Kelompok gerilyawan garis keras IS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Baca juga: Pengadilan Sri Lanka perintahkan pemindahan makam pelaku bom Paskah
Sumber: Reuters
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019