Kepala Desa Pulau Panas, Sumadi, Ahad, mengatakan korban bernama Kuswanto berusia 58 tahun, ia diterkam seekor macan tutul saat sedang bekerja di kebun kopinya.
"Ada dua orang saksi menemukan korban sedang diserang macan, lalu keduanya berusaha mengusir macan tutul itu meski agak ketakutan, akhirnya macan pergi, tapi korban (Kuswanto) meninggal di lokasi kejadian," ujar Sumadi saat dihubungi dari Palembang.
Menurut dia terdapat luka cakaran di bagian kepala dan luka agak dalam di leher korban yang menyebabkan korban meninggal.
Baca juga: Pengamat: Harimau tidak bermaksud meresahkan manusia
Baca juga: BBKSDA Riau pasang kamera di TN Zamrud untuk identifikasi harimau
Baca juga: Harimau sumatera berkeliaran dekat fasilitas minyak di Siak Riau
Serangan tersebut agak mengejutkan karena lokasi kebun kopi korban sendiri terhitung cukup jauh dari hutan lindung habitat macan tutul, kata dia, serangan itu juga baru pertama kali terjadi sejak 50 tahun terakhir.
"50 tahun yang lalu juga pernah ada serangan, tapi serangan harimau," tambahnya.
Dengan kejadian tersebut, ia meminta sekitar 400 warganya agar tidak menuju ke lokasi kejadian sebab dimungkinkan hewan yang terancam punah itu masih berkeliaran.
"Kami menduga macan itu sedang mencari sumber air karena mungkin di habitatnya sumber air sudah mengering," kata Sumadi.
Sementara Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah II Lahat, Martialis Puspito, mengatakan timnya sedang turun ke lokasi kejadian untuk memeriksa gejala serangan.
"Kami sudah tanyakan kepala desa mengenai ciri-ciri hewan buasnya, dugaan besar kami itu adalah macan dahan karena ada motif tutulnya," kata Puspito.
Ia mengimbau suluruh warga desa agar menjauhi lokasi penerkaman sembari tim BKSDA mencari tahu motif keluar dan serangan macan tutul, sebab hewan langka tersebut umumnya dikenal pemalu serta cenderung menghindari manusia.*
Baca juga: WWF sebut relokasi harimau sumatera bukan solusi konflik di Riau
Baca juga: Riau butuh satgas penanganan konflik harimau sumatra dengan manusia
Baca juga: BKSDA ungsikan dua macan dahan di Pasaman Barat
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019