Beijing (ANTARA News) - Tiga atlet yang bertanding di Paralimpik 2008 dinilai sudah mencapai hasil maksimal, sekalipun kontingen Indonesia tidak dapat meraih satu medali pun.
"Hasil yang diraih atlet Indonesia sudah sangat maksimal dan kami sejak awal memang tidak menargetkan yang muluk-muluk," kata Chef de Mession Kontingen Indonesia Paralimpik 2008, Kusnan Ismukanto, di Beijing, Minggu.
Hal tersebut dikemukakan Kusnan sesaat sebelum pulang menuju Jakarta bersama anggota kotingen Indonesia yang berkekuatan delapan orang terdiri dari tiga atlet, tiga pelatih dan dua ofisial.
Kontingen Indonesia dalam Paralimpik 2008 mengikuti tiga cabang olahraga, yaitu renang, angkat besi dan tenis kursi roda dan ketiga atlet itu adalah Lamri (renang), Billy Zeth Makal (angkat berat), dan Ida Yani (tenis kursi roda).
Menurut Kusnan, seluruh atlet Indonesia yang ikut dalam Paralimpik 2008 mendapatkan "wild card" dan pihaknya sangat berterima kasih kepada Komite Paralimpik Internasional (IPC) yang memberi kesempatan kepada Indonesia untuk ikut di ajang olahraga terbesar khusus penyandang cacat itu.
Ia mengakui bahwa prestasi atlet Indonesia sangat jauh dari prestasi yang dicapai atlet dunia, sehingga jika dilihat dari kemampuannya kalah segala-galanya.
Untuk atlet Ida Yani misalnya yang bertanding pada 8 September, secara telak dikalahkan atlet asal Amerika Serikat Arnoult Beth dengan skor 0-6 dan 0-6.
"Atlet Amerika Serikat itu merupakan peringkat 20 dunia dan Ida Yani memang kalah segala-galanya," katanya.
Ia mengatakan untuk atlet Belly Zeth Makal yang bertanding di cabang angkat berat kelas 60 kilogram (11/9) menempati urutan kedelapan dari 13 peserta, sementara juara pertama diraih atlet Iran, kedua Rusia dan ketiga India.
Menurut dia, peraih medali dalam angkat berat kelas 60 kilogram tersebut memang prestasinya sangat jauh dibanding atlet Indonesia, sehingga Belly tidak dapat berbuat banyak untuk bisa memenangi pertandingan tersebut.
Meskipun demikian, Kusnan mengatakan bahwa prestasi yang diraih atlet Belly tersebut sesungguhnya tidak terlalu buruk karena menyamai prestasi yang diraih di tingkat nasional.
"Sesungguhnya prestasi Belly dalam pertandingan itu tidak terlalu buruk karena menyamai prestasi nasional. Itu yang agak melegakan kami," katanya.
Prestasi terbaik yang diraih atlet Paralimpik Indonesia adalah Lamri yang bertanding renang nomor 100 meter gaya punggung klasifikasi S9 yang berhasil memecahkan rekor ASEAN Paragames yang diciptakan di Nakhorn, Thailand.
"Prestasi membanggakan berhasil dipecahkan Lamri dalam lomba renang di nomor 100 meter gaya punggung putra, karena berhasil memecahkan rekor ASEAN Paragames," kata Kusnan.
Menurut dia, Lamri yang bertanding pada Sabtu (13/9) di stadion renang "Water Cub" merupakan satu-satunya atlet dari ASEAN yang bertanding dan menempati urutan sembilan dari 10 peserta.
Ia mengakui memang dibandingkan dengan perenang kelas dunia, Lamri tidak bisa berbuat terlalu banyak mengingat kelas merek jauh berada di atas rata-rata.
Meskipun demikian, Kusnan menekankan bahwa pada pertandingan itu Lamri berhasil memecahkan rekor atas nama sendiri yang diciptakan di Nakhorn, Thailand, saat ASEAN Paragames 25 Januari lalu dari waktu 1:13:01 menjadi 1:12:13.
"Hasil tersebut sangat tidak mengecewakan karena berhasil memecahkan rekor untuk tingkat ASEAN pada kelas 100 meter gaya punggung putra," kata Kusnan. (*)
Copyright © ANTARA 2008