Kuala Lumpur (ANTARA News) - Sekretaris Daerah Sulawesi Utara Robby Mamuaja kaget saat menerima laporan pengusaha Malaysia asal Manado mengenai pemerasan yang dilakukan seorang polisi Indonesia tiga bulan lalu ketika pengusaha itu merekrut sepuluh TKI. "Saya terima laporan ini dan akan saya sampaikan kepada Gubernur (Sinyo Sarundajang) untuk dibahas dalam rapimda (rapat pimpinan daerah) minggu depan," janji Robby ketika berkunjung ke sebuah pabrik alat kantor di Hulu Langat, Selangor yang dimiliki pengusaha asal Manado itu, Sabtu. Rita, wanita asal Manado yang menikah dengan warga Malaysia Yong Jung Min, mempunyai pabrik alat kantor yang memiliki 58 orang TKI dari total 128 pekerjanya. Tiga bulan lalu, mereka merekrut sepuluh TKI yang terdiri dari satu wanita dan sembilan pria dari berbagai daerah di Sulawesi Utara. Ketika akan berangkat ke Malaysia kesepuluh TKI ini ditahan Kapolres Tondano dengan tuduhan "human trafficking" atau perdagangan manusia. Saat itu, kepolisian Tondano juga menahan seorang pendeta yang menjadi penghubung atau agen pencari tenaga kerja. "Kami bermaksud ingin menolong dan memberikan pekerjaan kepada warga Sulut tapi malah ditangkap dan diperas pejabat polisi," kata Rita dan Yong bercerita agak emosional. Mereka mengaku, Kapolres Tondano itu terang-terangan meminta uang Rp50 juta kepada mereka, tetapi akhirnya bisa dikurangi menjadi Rp16 juta. "Kami berikan tebusan karena ada pendeta yang ditahan. Pendeta mau membantu menyelesaikan masalah ini, malah ditahan. Akhirnya kami bersedia membayar Rp16 juta," kata Yong.Sekda Sulut sendiri mengaku mengenal oknum Kapolres Tondano itu. "Sekarang sudah tidak jadi Kapolres Tandano lagi. Ia kini menjadi Kapolres di Bitung," kata Robby. Atase Tenaga Kerja KBRI Kuala Lumpur Teguh H. Cahyono mengakui pernah mendengar kasus ini. "Memang betul pengusaha itu merekrut TKI asal Sulut secara tidak prosedural. Tidak menggunakan PJTKI dan Dinas Tenaga Kerja. Polisi berhak menahannya tapi tidak kemudian berujung dengan minta 'duit'. Itu pemerasan," kata Teguh. Akibat kejadian itu, lima dari sepuluh TKI yang siap bekerja di Malaysia tidak jadi bekerja di negeri itu. "Hanya lima TKI, satu wanita dan empat laki-laki. Lima laki-laki lainnya ketakutan dan batal berangkat," kata Rita. Sekda Sulut mengunjungi pabrik di Malaysia dalam rangka meresmikan rute penerbangan perdana Kuala Lumpur - Manado sebuah maskapai penerbangan regional. Awalnya, Gubernur Sinyo Harry Sarundajang yang datang ke Malaysia, tetapi ia harus menerima kedatangan menteri dalam rangka safari ramadan. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008