Jakarta (ANTARA/JACX) - Sebuah video menampilkan seorang pria menggunakan udeng Bali putih, yang sedang berada di jalan raya, dengan latar sejumlah kendaraan bermotor di belakangnya, beredar di Facebook pada Kamis (14/11).

Rekaman yang diberi judul "WARGA GEROKGAK DAN SERIRIT BERBONDONG-BONDONG MENUJU KE TEMPAT TINGGI. SEBAB AIR LAUT DI KAWASAN SERIRIT SUDAH MULAI SURUT" itu hingga Jumat telah ditonton sebanyak 63 ribu kali dan dibagikan ulang sebanyak 816 kali.

Dalam video itu, terlihat sejumlah kendaraan roda dua maupun roda empat melaju dengan iringan klakson yang saut-menyaut.

Sementara itu, pria dengan udeng Bali putih yang ada di rekaman tersebut memberikan penjelasan soal situasi yang sedang terjadi di sekitarnya.

"Kita posisinya naik, karena air daerah Pangastulan sudah surut. Di Seririt ini, penduduk semua menuju dataran tinggi karena air di derah pesisir udah surut. Kondisi melaporkan dari Seririt," kata pria tersebut.

Tangkapan layar video warga Seririt, Buleleng, Bali eksodus akibat air Pantai Pangastulan surut (Istimewa)

Klaim: Warga Seririt eksodus karena air Pantai Pangastulan surut
Rating: Salah/Disinformasi

Penjelasan:
Video yang hingga Jumat sudah dikomentari oleh 696 orang tersebut, sempat membuat warga Buleleng panik karena beredar 88 menit usai gempa dengan magnitudo 5,1 mengguncang Buleleng, Bali, pada Kamis (14/11), pukul 17.21 WIB.

Penjelasan yang diutarakan pria dengan udeng Bali putih, terkait surutnya air Pantai Pangastulan, di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng juga menambah keresahan warga.

Pasalanya, dua fenomena alam, yakni gempa dan surutnya air pesisir, yang berlangsung beriringan tersebut menjadi salah satu ciri-ciri akan adanya tsunami, sebagaimana dikutip dari buku elektronik yang dikeluarkan Kemendikbud berjudul 'Bersahabat dengan Bencana Alam, halaman 42, karya Sri Handayaningsih.

Faktanya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa dengan magnitudo 5,1 yang melanda Buleleng, Bali pada Kamis, tidak berpotensi tsunami.

Kapusdatinmas BNPB Agus Wibowo dalam keterangan tertulisnya menjelaskan lokasi gempa berada di 21 km Barat Daya Buleleng, 39 km Timur Laut Jembrana, 48 km Barat Laut Tabanan, 66 km Barat Laut Denpasar, Bali.

Di Buleleng sendiri, masyarakat merasakan dua kali getaran, sehingga sempat membuat panik.Agus mengimbau agar masyarakat tidak panik dan hanya membaca informasi dari BMKG atau BNPB/BPBD

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Bali, I Made Rentin, turut menanggapi video yang beredar di media sosial tersebut, dan menegaskan bahwa tidak ada bunyi sirine tsunami dan tidak benar terjadi air surut di Desa Pangastulan, Kecamatan Seririt, Buleleng.

"Masih normal di sini, sirine tsunami tidak ada berbunyi dan itu orang-orang iseng aja. Air surut juga tidak ada, kondisi masih aman. Warga diimbau tetap tenang dan kembali ke rumah masing - masing," kata I Made Rentin saat dikonfirmasi Antara dari Denpasar, Kamis.

Cek fakta: Gempa M 5,1 guncang Bali, tidak berpotensi tsunami

Cek fakta: BPBD Bali tegaskan tidak ada bunyi sirine tsunami di Buleleng

Cek fakta: Satu rumah rusak berat di Buleleng akibat gempa

Pewarta: Tim JACX dan Kominfo
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2019