Washington (ANTARA News) - Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick, mengingatkan bahwa komunitas internasional harus bekerja lebih keras untuk membantu apa yang dinamakan negara yang rentan, rumah dari 20 persen populasi dunia, atau beresiko mereka menjadi mereka surga bagi kalangan teroris. Zoellick mengatakan banyak negara, dari Afghanistan sampai Timor, dapat menjadi kaitan yang lemah dalam rantai keamanan dunia jika mereka dimasuki oleh teroris, yang mengambil keuntungan dari ketidakstabilan politik dengan merekrut dan melatih pengikut baru. "Hanya dengan menjamin pembangunan kita dapat meletakkan akar yang cukup dalam untuk memecahkan lingkaran kerentanan dan pembangunan," kata Zoellick dalam konferensi internasional ahli keamanan di Jenewa. Dia mengatakan komunitas internasional harus memberi perhatian lebih besar pada terjaminannya pembangunan di negara-negara ini untuk membantu mereka mengantisipasi dampak dari lemahnya pemerintahan, menanggulangi kemiskinan dan perang sipil. "Ini bukan jaminan seperti biasa atau pembangunan biasa," kata Zoellick. "Tidak juga mengenai apa yang kita harus fikirkan sebagai penjaga perdamaian atau membangun perdamaian. Ini mengenai terjaminannya pembangunan...pertama untuk memperlancar transisi dari konflik menuju perdamaian dan kemudian untuk memastikan kestabilan sehingga pembangunan dapat dilaksanakan selama satu dekade dan seterusnya," katanya. Tanpa kerjasama, upaya untuk menyelamatkan negara yang rentan akan gagal "dan kita akan membayar semua konsekuensinya," katanya. Yang diperlukan di negara itu bukan perbedaan kerangka untuk membangun keamanan, legitimasi, tata laksana, dan perekonomian mereka. Zoellick mengatakan Bank Dunia berkomitmen memberikan lebih dari tiga miliar dolar AS pada 2008 kepada negara-negara yang mengalami kerentanan dan konflik. Dia mengatakan negara yang ambruk, atau menanggulangi konflik yang membawa bahaya, mengancam hidup masyarakat di tempat mereka karena kematian dan wabah, perekonomian yang stagnan dan lingkungan yang mengalami degradasi. "Satu miliar masyarakat, termasuk sekitar 340 juta juta rakyat yang sangat miskin di dunia tinggal di negara yang rentan," kata Zoellick. "Sekitar sepertiga di antara mereka yang ada di negara miskin meninggal karena HIV/AIDS, sepertiga yang kurang memiliki akses ke air bersih dan sepertiga anak-anak tidak dapat menyelesaikan sekolahnya." Beberapa negara memiliki angka kemiskinan mencapai 54 persen dari populasinya, dibandingkan 22 persen di negara yang pendapatannya rendah, katanya. Zoellick menggarisbawahi 10 kawasan yang menjadi fokus pembangunan dan perlu jaminan. Ini meliputi pembangunan legitimasi negara dan perundang-undangan; memperkuat keamanan; memiliki proyek pembangunan lokal dan nasional; stabilitas ekonomi; sektor kesehatan swasta dan perlu komitmen dalam jangka panjang. Dia mengatakan keamanan dan pembangunan perlu dilakukan bersama-sama. "Jika kita serius mengenai upaya memecahkan spiral kekerasan dan keruntuhan negara yang sebagian besar karena kekerasan," kata Zoellick. "Membangun kepercayaan, Pasukan pembawa perdamaian dari PBB dan pembaruan yang berkuasa untuk waktu lebih dari 6-12 bulan." (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008