Jakarta, (ANTARA News) - Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso mengatakan, pihaknya telah menyiapkan beberapa personel TNI untuk menjadi peninjau militer jika terjadi gencatan senjata antara Israel dan Palestina.
Ditemui usai mendampingi Panglima Angkatan Bersenjata Australia Marsekal Allan Grant (Angus) Houston bertemu Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono, di Jakarta, Senin, ia mengatakan, Indonesia untuk berpartisipasi dalam proses perdamaian di Jalur Gaza termasuk untuk memantau gencatan senjata jika diminta PBB.
"Kita siap dengan apa yang bisa kita lakukan," ujarnya.
Djoko menjelaskan, kondisi pasukan TNI di Lebanon kini cukup aman meski keamanan di wilayah operasi Kontingen TNI di Lebanon Selatan masih dalam status "kuning plus" atau siaga dan waspada.
Panglima TNI meminta Pasukan TNI agar selalu waspada, berkoordinasi dengan kontingen dari negara lain dan melaporkan setiap perkembangan di Lebanon Selatan setiap enam jam ke Mabes TNI.
"Diharapkan, situasi di Gaza dapat segera diatasi dan keamanan di Lebanon Selatan berangsur pulih," katanya.
Agresi Israel terhadap Palestina yang berlangsung dua pekan, bisa menimbulkan aktivitas balas dendam terhadap Israel yang dilakukan pengungsi Palestina dan juga pendukung Hammas di Lebanon.
Terkait itu, Komandan UNIFIL menyatakan status siaga UNIFIL naik menjadi "Kuning Plus", serta memerintahkan semua unit melakukan pengawasan melekat dan keamanan di daerah operasi terutama daerah selatan Lebanon .
Selain itu, seluruh unit UNIFIL di lapangan diminta dapat mendeteksi dan mencegah semua aktivitas mencurigakan atau aktifitas permusuhan, melalui pelaksanaan konsep operasi di enam titik di sepanjang sungai Litani, dengan berkoordinasi melekat dengan Lebanese Armed Force (LAF).
Peningkatan pengamanan juga dilakukan di area 15 kilometer dari Blue Line atau pagar pembatas antara Lebanon dengan Israel dengan memeriksa secara rutin tempat peluncuran roket lama dan kemungkinan peluncuran roket baru.
Pada pekan lalu tiga roket yang ditembakkan dari Lebanon menghantam Israel utara dan mengakibatkan dua orang luka ringan.
Roket-roket itu adalah yang pertama ditembakkan dari Lebanon sejak tahun 2007 , dan terjadi pada hari ke-13 serangan negara Yahudi itu di Jalur Gaza. Tidak segera jelas siapa yang menembakkan roket-roket itu.
Sumber-sumber keamanan Lebanon mengatakan antara tiga dan lima roket ditembakkan dari Lebanon selatan ke Israel utara.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009