Medan (ANTARA News) - Penulisan sejarah Indonesia dalam buku-buku sejarah penuh dengan rekayasa dan upaya ini telah dilakukan pemerintah Orde Baru sejak awal berdirinya rezim sampai jatuhnya pemerintahan Soeharto, ujar sejarawan Dr Asvi Warman Adam.
"Dalam hal ini Nugroho Notosusanto dan Pusat Sejarah ABRI sangat berperan besar dalam penulisan rekayasa sejarah itu," kata sejarawan dari LIPI itu pada seminar dan bedah buku "Ketika Sejarah Berseragam: Membongkar Ideologi Militer Dalam Sejarah Indonesia" karya Katha McGregor (Australia) di Medan, Jumat.
Menurut McGregor dalam bukunya itu, ujar Asvi Warman, terdapat tiga proyek utama Nugroho Notosusanto. Pertama adalah mengenai sejarah percobaan kudeta tahun 1965. McGregor mengatakan bahwa buku 40 Hari Kegagalan G/30S/PKI mungkin proyek penulisan sejarah yang penting yang dibuat oleh Nugroho Notosusanto.
"Menurut hemat saya, meskipun tim yang diketuai Nugroho mengerjakan penelitian kilat tersebut, inisiator atau penanggungjawab buku itu adalah Jenderal AH Nasution," katanya.
Yang kedua adalah mengenai de-Soekarnoisasi. Asvi mengatakan, ia sering mengutip sejarawan Perancis Jacques Leclerc bahwa Soekarno wafat setelah sakit dan tidak memperoleh perawatan sebagaimana semestinya serta sejak 1 Juni 1970 peringatan hari lahir Pancasila dilarang oleh Kopkamtib).
Ketiga, adalah tentang Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa yang merupakan proyek nasional dalam bidang pendidikan yang bermula dari apa yang terjadi di kalangan ABRI.
Jenderal Jusuf selaku Panglima ABRI melaporkan kepada Presiden Soeharto bahwa banyak taruna AKABRI yang tidak kenal dengan pahlawan bangsa. Bahkan dapat ditambahkan pula bahwa buku pedoman sejarah ABRI merupakan model atau dilanjutkan dengan buku pedoman sejarah nasional yang kemudian dikenal sebagai SNI (Sejarah Nasional Indonesia).
"Untuk keperluan ketiga hal itu, selain dari penulisan sejarah nasional Indonesia, juga dibangun beberapa museum dan monumen bersejarah beserta dioramanya di samping pembuatan berbagai film. Jadi semua penulisan sejarah Indonesia, sudah tidak murni lagi dan dipenuhi dengan rekayasa militer demi kepentingan dan nama besar mereka," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008