Dadan, 55 tahun, juga pernah menjadi pembicara di berbagai universitas terkemuka di luar negeri seperti di University of Houston, Amerika Serikat, di hadapan mahasiswa S-2 tentang Cross Border Financing and Entepreneurial Leadership.
Para akademisi memberikan pengakuan atas keberhasilan perusahaan nasional itu yang menginjak usia 60 tahun dalam berbisnis dan mengembangkan sayap ke berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Timur Tengah, Amerika, Kanada serta Inggris.
Baca juga: Dubes ajak pengusaha Inggris berbisnis di Indonesia
Kuliah umum itu dihadiri oleh sivitas akademika, sejumlah diplomat serta wakil dari Bank Indonesia, Bank Mandiri dan BNI London dan Garuda Indonesia,
Di Inggris Raya, bisnis keluarga merupakan salah satu model kewirausahaan yang paling populer. Berdasarkan laporan dari Oxford Economics, dua pertiga bisnis di Inggris Raya, dimiliki keluarga dan menyumbang GDP lebih dari 25 persen.
Menurut lulusan S2 dari Amerika Serikat itu, kesuksesan bisnis keluarganya menjadi konglomerasi dalam skala global terletak pada pola kepemimpinan dan budaya yang diterapkannya dalam perusahaan.
"Meskipun bisnis dimiliki keluarga, tapi kami mendengarkan masukan dan inovasi dari para pekerja. Pola kepemimpinannya profesional," ujar Dadan.
Dadan menjelaskan, selain kepemimpinan yang baik, kolaborasi juga menjadi faktor pendorong untuk mengembangkan usahanya ke Singapura, Malaysia, Thailand, Saudi Arabia, dan Amerika Serikat.
Pengusaha kelahiran Bandung itu menyarankan mahasiswa mempelajari berbagai model kerja sama untuk bisa membawa bisnis keluarga sukses secara internasional.
"Sebagai mahasiswa, penting bagi Anda untuk mempelajari bentuk kemitraan seperti joint venture. Selain itu perlu memahami international bussiness, karena kerja sama dengan satu negara berbeda dengan negara lainnya,” ujarnya.
Kemampuan untuk memahami bisnis internasional, finansial, dan hubungan masyarakat adalah ketrampilan dan pengetahuan yang ia dapatkan dari para pekerjanya. Oleh karena itu Dadan memuji Loughborough University yang menjadi pionir dalam pendidikan kewirausahaan dan memberikan pelajaran mengenai topik tersebut.
Baca juga: Dua pengusaha Indonesia jadi orang asing terkaya di China
“Saya cukup terkejut membaca silabus Loughborough University. Kampus ini ternyata memberikan pelajaran sesuai yang dibutuhkan oleh ekonomi global saat ini seperti enterpreneurship, inovasi, bisnis keluarga, dan juga digital. Sangat bagus sekali apabila kampus disini bisa bekerja sama dengan kampus di Indonesia,” ujar Dadan.
Dadan memimpin 4848 Group yang menaungi delapan bidang usaha, di antaranya layanan jasa transportasi dan kargo, sistem informasi untuk bandara dan penerbangan, hingga properti dan perjalanan haji.
Penghargaan yang diberikan oleh universitas yang termasuk bergengsi di Inggris itu berdasarkan survei kepuasan mahasiswa oleh Times Higher Education ini tentunya telah mengangkat nama Indonesia di tingkat internasional, kata Dadan.
Di era persaingan global seperti saat ini pihak akademisi dan praktisi di Amerika dan juga di Inggris tertarik dengan keberhasilan Dadan di dalam memimpin usaha yang bermula dari bisnis keluarga ke arah yang profesional dan berhasil menembus ke beberapa negara di dunia.
Diharapkan akan banyak lagi wirausahawan nasional yang dapat mengambil pelajaran atas keberhasilannya di dalam mengembangkan usaha di luar negeri sekaligus menaikkan nama bangsa di luar negeri.
Dadan mengakui bahwa menjadi pembicara tamu di universitas bergensi seperti Loughborough University karena adanya kekuatan dari silaturahim.
Baca juga: Anak-anak Trump akan ambil alih kendali perusahaan
Dalam paparannya Dadan juga mengungkapkan tidak saja keberhasilan bisnis keluarga tetapi juga masalah yang dihadapi dan solusinya.
Menurut Universitas Loughborough London, baru kali ini ada yang mengungkap akar masalah dan cara pemecahannya dari sisi praktisi.
Dr Louise Scholes selaku Direktur Institute for Innovation and Entrepreneurship Universitas Loughborough tertarik dan meminta Dadan untuk membantu membuatkan program tentang Family Business dan mengajar mahasiswa S3.
"Sebagian besar kegagalan dalam bisnis keluarga karena tidak ada yang mengindentifikasi leadership yang ada di dalam bisnis keluarga sehingga tidak heran apabila bisnis keluarga hanya bisa bertahan satu atau dua generasi saja." kata Scholes.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019