Jakarta (ANTARA News) - Kredit pembangunan infrastruktur yang saat ini tertahan di perbankan tertunda penyalurannya karena tingginya biaya modal, penyesuaian suku bunga kredit perbankan dan ketatnya likuiditas perbankan. Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo mengatakan, perbankan mengerem kredit ke sektor korporasi termasuk pembiayaan infrastruktur karena tingginya risiko kredit macet yang dihadapi perbankan. "Sebaiknya untuk sementara waktu (penyaluran kredit) di tunda dulu. Pasar masih seperti ini, kalau mau ya sesuai dengan harga pasar sekarang, tapi kita juga akan melihat apakah mereka bisa mengembalikan atau tidak," kata Gatot. BNI sendiri segera menyesuaikan suku bunga kredit semua sektor sebesar satu persen, termasuk untuk kredit sektor infrastruktur termasuk pengucuran kredit BNI untuk pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW PLN senilai 100 juta dolar AS. "Ini kan memakai juga suku bunga komersial, kalau mereka mau ya jalan, tapi sebaiknya ditunda dulu mengingat kondisi pasar saat ini," tambahnya. Apalagi saat ini perbankan membutuhkan likuditas sehingga perbankan akan berhati-hati dalam menyalurkan kredit. "Outstanding" kredit BNI mencapai Rp103 triliun, sedangkan target kredit Rp107 triliun. Corporate Secretary BNI Intan Abdams Kattopo mengatakan, sampai Juni 2008, kredit yang belum ditarik BNI untuk sektor korporat sebesar Rp10 triliun. Sebagian besar dari jumlah itu dipakai untuk membiayai jalan tol Rp7 triliun dan Rp1,8 triliun untuk pembangunan pembangkit listrik. Sedangkan kredit yang belum ditarik untuk sektor usaha menengah sebesar Rp3,5 triliun dan untuk sektor usaha kecil Rp2 triliun. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008