Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah siap menyuntikkan dana Rp300 miliar untuk merestrukturisasi PT Merpati Nusantara Airlines. Dirut PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) M. Syahrial mengatakan, dana tersebut diberikan untuk membiayai perampingan karyawan Merpati karena beban biaya operasional terbesar perusahaan itu sekarang adalah biaya gaji. Dia menegaskan dana Rp300 miliar itu menjadi suntikan terakhir pemerintah kepada BUMN penerbangan itu sehingga perusahaan tersebut terancam ditutup jika masih gagal melakukan restrukturisasi dan memperbaiki kinerja. "Ini sudah yang kedua kali. Kalau masih `berdarah` juga, tutup saja. Dulu masalahnya kan personel. Kalau masih rugi juga, padahal personel sudah berkurang, mau bilang apa?" kata Syahrial di Jakarta, Kamis. Dia menambahkan, pihaknya dan Bank Mandiri juga telah mencapai kesepakatan untuk membantu restrukturisasi PT Merpati mengingat masih besarnya utang mereka. Hingga pertengahan 2007, Merpati dilaporkan memiliki utang Rp1,8 triliun yang sedang dalam proses negosiasi dengan para kreditornya, sementara total aset BUMN penerbangan itu tidak sampai Rp1 triliun. Merpati pada 2007 telah mendapat dana Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 450 miliar yang digunakan untuk revitalisasi armada Rp150 miliar, restrukturisasi utang Rp180 miliar dan biaya SDM Rp120 miliar. "Jadi sekarang tergantung manajemen Merpati. Bagaimana rencana bisnis mereka 5 tahun ke depan dan tentunya rencana bisnis tersebut harus dikonsultasikan dengan kita," jelasnya. Dia memperkirakan, rencana bisnis tersebut akan selesai dipersiapkan dalam satu atau dua bulan ke depan, untuk kemudian dipresentasikan kepada para pemegang saham, yaitu Menteri Keuangan, Meneg BUMN, dan DPR. Menurut Syahrial, PT Merpati juga diharuskan melakukan efisiensi untuk menekan pengeluaran mereka, terutama jika mereka ingin melakukan pelepasan saham perdana (IPO) pada tiga atau empat tahun mendatang. Syahrial meminta, Merpati harus bisa mengembangkan sistem teknologi informasi mereka sehingga bisa menerapkan sistem "ticket online", dilanjutkan dengan sistem logistik, dan juga kerjasama dengan agen perjalanan. Berdasarkan kajian sementara, tambahnya, PT Merpati Nusantara masih memiliki sektor bisnis yang menguntungkan pada pesawat dengan baling-baling (propeller) yang penerbangan perintis ke daerah-daerah terpencil dan sulit dijangkau dengan alat transportasi lainnya. "Kalau pesawat jet, mereka harus berkompetisi langsung dengan maskapai lainnya, dan itu sulit," katanya. Namun, katanya, hal itu masih bisa diantisipasi dengan memperbaiki strategi penerapan rute. (*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008