Kupang (ANTARA) - Beberapa anak sedang duduk di atas karpet merah beralaskan lantai dari keramik dengan posisi tubuh agak membungkuk. Di bawah terik matahari siang itu, mereka terlihat sibuk dengan kegiatan dalam sebuah ruangan kecil berukuran sekira 2 x 2 meter per segi.
Tiga anak di antaranya tampak serius dengan bacaan mereka yang diletakkan di atas meja kecil setinggi satu jengkal tangan, sementara beberapa anak lain berusaha merakit sebuah gambar dengan mainan bongkar-pasang yang dipandu seorang remaja wanita.
Di samping anak-anak itu, rak-rak buku tampak rapi diletakkan merapat pada dua sisi bangunan. Sejumlah foto kegiatan anak-anak serta gambar berisi abjad dan angka tertempel di dinding yang mencolok pandangan ketika mendekati bangunan itu.
"Bangunan itu dulunya kios untuk jualan, tapi sekarang terpaksa kami pakai untuk rumah baca," kata Pendeta Ratna Radiena Blegur sambil menunjuk ke arah bangunan miliknya yang padat dengan aktivitas anak-anak di dalamnya.
Ratna, nama panggilan singkatnya, mengatakan dirinya bersama suaminya Bripka Thomas Radiena, seorang personel polisi di Seksi Propam, Kepolisian Resor Kupang Kota, sengaja mengubah bangunan itu menjadi sebuah rumah baca yang diberi nama Batu Piak.
Rumah Baca Batu Piak yang terletak di RT 02/RW 01, Kelurahan Kelapa Lima, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, itu didirikan pada 2017.
Saat ini, kata Ratna, rumah baca yang tak jauh dari Pantai Kelapa Lima ini selalu padat dengan berbagai aktivitas belajar anak-anak dari usia PAUD, SD, hingga SMP.
"Setiap hari anak-anak selalu ramai, bisa sampai 20-an orang, ada yang datang pagi, siang setelah pulang sekolah, bahkan sampai malam mereka belajar di sini," katanya.
Dengan kondisi bangunan rumah baca yang tak cukup menampung banyak orang, Ratna dan suaminya pun memutuskan menyulap selasar rumah mereka sebagai tempat belajar maupun praktik anak-anak.
"Sekarang paling tidak anak-anak sudah sedikit lebih leluasa untuk belajar meskipun bangunan tersebut perlu dikembangkan lagi," tuturnya.
Kecanduan gadget
Bripka Thomas Radiena tampak antusias kala menyambut sejumlah wartawan yang siang itu berkunjung ke rumah baca miliknya yang berada di sebuah gang kecil sekitar 50 meter dari Jalan Timor Raya, Kota Kupang.
Dia tampak seperti tak sabar ingin membagi ceritanya tentang awal mula mendirikan Rumah Baca Batu Piak itu. "Semuanya bermula dari rasa keprihatinan melihat kondisi anak-anak di sini," katanya membuka percakapan.
Dia mengungkapkan, motivasi utama dia menghadirkan rumah baca itu untuk mengalihkan perhatian anak-anak di lingkungan setempat dari pengaruh penggunaan gadget atau handphone.
Menurut dia, banyak orang tua setempat mengeluhkan kondisi anak-anak mereka yang mulai kecanduan menggunakan gadget selama berjam-jam setiap hari.
"Sebenarnya ini lah motivasi utama saya menghadirkan rumah baca ini agar mengalihkan anak-anak dari pengaruh gadget karena kita tahu kecanduan gadget berdampak buruk terhadap pertumbuhan anak," katanya.
Setidaknya, keluhan kecanduan anak-anak terhadap gadget itu juga diutarakan Serly, seorang ibu rumah tangga di lingkungan tersebut, saat ditemui di sekitar rumah baca itu.
Dia mengatakan, kehadiran rumah baca tersebut secara drastis mengubah kebiasaan putranya yang saat ini aktif menghabiskan waktu dengan membaca buku-buku.
"Kekhawatiran kami berkurang karena anak-anak mainnya selalu ke rumah baca ini, tidak seperti sebelumnya mereka hanya di rumah main handphone sampai berjam-jam," katanya.
Bripka Thomas mengaku senang, seiring berjalannya waktu, semakin banyak anak-anak di lingkungan setempat memilih menghabiskan waktu dengan membaca di rumah baca itu.
Rumah Baca Batu Piak, kata dia, kini tidak hanya sebagai tempat membaca, namun juga menampung anak-anak yang tidak memiliki banyak waktu berkumpul bersama orang tuanya yang sebagian besar di antaranya berprofesi sebagai nelayan sehingga menghabiskan banyak waktu di laut.
Untuk itulah, Bripka Thomas mengaku selalu menyempatkan waktunya di sela-sela menjalani profesi sebagai seorang anggota Polri untuk membina dan memotivasi anak-anak setempat untuk berjuang meraih cita-cita.
"Ada anak yang juga putus sekolah sehingga harus dimotivasi, karena itu ketika saya mengajar mereka saya selalu mengenakan pakaian dinas lengkap untuk memotivasi mereka bahwa kalau mau menjadi polisi seperti saya maka harus belajar yang rajin dari sekarang," tuturnya.
Dibantu tentara
Upaya membina dan memotivasi anak-anak di rumah baca itu tidak dilakukan sendiri oleh Bripa Thomas Radiena, namun ia dibantu seorang rekan, yakni personel TNI dari Kodim 1604/Kupang,
Sebagai Komandan Pos Ramil 03/Kelapa Lima, Koramil 1604-01/Kota, Peltu Yopie Susanto mengaku selalu menyempatkan diri untuk singgah ke Rumah Baca Batu Piak ketika melakukan patroli pemantauan keamanan dan ketertiban masyarakat di lingkungan setempat.
Di saat itulah, dia ikut melakukan pembinaan karakter dan motivasi kepada anak-anak di rumah baca tersebut. "Terutama sering saya berikan pembinaan kepada anak-anak itu materi tentang bela negara, Pancasila, dan lainnya," katanya.
Yopie Susanto mengapresiasi hadirnya rumah baca tersebut, yang menurutnya, telah berkontribusi mengubah perilaku banyak anak-anak setempat dengan budaya membaca.
"Bahkan kebiasaan anak-anak muda di sekitar sini yang sebelumnya suka berkumpul, minum-minum, juga sudah jarang karena mereka melihat ada aktivitas belajar di rumah baca ini," katanya.
Yopie pun mengutarakan niatnya untuk menghadirkan perpustakaan keliling untuk warga setempat, hanya saja masih mengalami kekurangan dana.
"Ke depan kalau biaya cukup atau ada bantuan maka perpustakaan keliling juga saya hadirkan di sini," katanya.
Baca juga: Belajar gempa dari rumah baca Sembalun
Dia menambahkan, untuk saat ini, dirinya akan terus menyempatkan waktu membantu Bripka Thomas untuk bersama-sama memberikan pembinaan dan motivasi kepada anak-anak di rumah baca.
Dia berharap, dengan sinergi bersama ini, anak-anak setempat dapat tumbuh menjadi generasi yang cerdas dan kreatif dan memiliki semangat berjuang yang tinggi dalam menggapai cita-cita.
Rencana pengembangan
Saat ini, Rumah Baca Batu Piak sendiri telah terdaftar pada organisasi Pustaka Bergerak Indonesia (PBI) dengan nomor registrasi 349 NTT.
Bripka Thomas mengatakan, hal ini yang membuat dirinya tak khawatir terhadap kekurangan pesediaan buku-buku karena pasokannya rutin dari organisasi itu.
Dia mengatakan, selain itu, bantuan buku juga disalurkan berbagai pihak, seperti dari Kementerian Informasi, Kementerian Pendidikan, maupun bantuan para pegiat literasi.
"Teman-teman pegiat literasi juga sering menghubungi saya melalui jejaring media sosial untuk pasokan buku ini sehingga kami cukup banyak terbantu," katanya.
Baca juga: Anak Desa Merapi Bersihkan Rumah Baca
Dia mengatakan, kondisi persediaan buku-buku yang masih cukup memadai, karena itu ia mengaku saat ini fokus pada pengembangan untuk perbaikan gedung rumah baca.
Kata Bripka Thpomas, sudah ada pihak donatur dari Amerika yang telah menghubunginya dan menyatakan kesediaannya untuk membantu pengembangan Rumah Baca Batu Piak.
"Nantinya dengan donatur dari Amerika ini kami mau bangun ruangan dua lantai sehingga banyak anak-anak yang bisa tertampung dan belajar lebih leluasa," katanya.
Di balik usaha ini, Bripka Thomas menaruh harapan besar agar rumah baca tersebut bisa berkembang pesat demi massa depan anak-anak di pesisir ibu kota provinsi itu.
"Paling tidak rumah baca diharapkan bisa berkontribusi membuat anak-anak di sini bertumbuh dengan wawasan luas dan optimisme tinggi menjadi generasi unggul dan bermanfaat," demikian Bripka Thomas Radiena.
Baca juga: Tanjungpinang punya Rumah Baca Pantai untuk menarik minat baca warga
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019