Jakarta (ANTARA) - Petenis belia Priska Madelyn Nugroho memasang sikap "nothing to lose" untuk menghadapi turnamen nasional BNI Tennis Open 2019.
"Gak terlalu tahu siapa lawan yang akan turun, ini juga pertama kali main di (kategori) senior. Pokoknya kasih yang terbaik, nothing to lose aja," kata Priska saat ditemui setelah mengikuti konferensi pers BNI Tennis Open di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis.
Petenis 16 tahun itu akan menggunakan turnamen BNI Tennis Open sebagai pemanasan terakhir sebelum diterjunkan pada SEA Games Filipina 2019.
Selain Priska, petenis-petenis putri Indonesia lainnya yang akan tampil di SEA Games akan ikut berkompetisi di BNI Tennis Open, yakni Aldila Sutjiadi, Beatrice Gumulya, dan Jessy Rompies. Hanya Rifanti Kahfiani anggota tim tenis putri Indonesia yang absen di ajang itu.
Baca juga: Petenis pelatnas SEA Games lakukan persiapan terakhir di turnamen BNI
Priska menyatakan senang dengan keberadaan turnamen itu, yang akan memberikan atmosfer pertandingan sesungguhnya sebelum bersimbah peluh di SEA Games.
Meski masih muda, Priska yang telah mengenal olahraga tenis sejak berusia empat tahun telah mengukir sejumlah pencapaian penting, termasuk mencapai perempat final US Open junior dan Wimbledon junior.
Walaupun telah berkiprah di ajang Grand Slam junior, petenis yang mengidolakan Simona Halep itu tetap merasa gembira saat mengetahui dirinya masuk dalam tim tenis untuk SEA Games Filipina 2019.
"Excited lah," ujar Priska yang lupa kapan dirinya mendapat panggilan memperkuat tim tenis Indonesia untuk pesta olahraga Asia Tenggara tersebut.
Baca juga: Priska Nugroho dipastikan turun di SEA Games 2019
Priska menyatakan pada 2019 ia mengikuti sekitar 19 sampai 20 turnamen. Pada tahun depan, dari segi jumlah turnamen yang diikuti mungkin tidak berbeda jauh, namun ia akan mencampurnya dengan partisipasi pada turnamen kategori senior.
Dibanding para seniornya, Priska tergolong bertubuh kecil. Tetapi menurutnya meski tubuh mungilnya memberikan sedikit kelemahan, ia justru dapat memaksimalkan ukuran tubuhnya di lapangan tertentu.
"Iya, jadi suatu disadvantage. Tapi ada bagusnya juga, seperti di grass bola mantulnya lebih rendah, jadi saya gak perlu menekuk lutut seperti lawan yang bertubuh besar," pungkasnya.
Baca juga: Priska dan Christo, harapan tenis Indonesia
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2019