Kalau dibiarkan, begitu mereka berkumpul, frustasi, dikasih senjata atau dikasih kemampuan untuk menjadi teroris, jadilah mereka, kata diaJakarta (ANTARA) - Penggiat Anti Radikalisme Haidar Alwi mengingatkan pembiaran intoleran yang terus berkembang dapat menjadi ancaman berbahaya bahkan naik level jadi tindakan radikal.
"Hati-hati betul kalau kita ingin melihat anak cucu kita ke depan makin tentram, maka kita jangan biarkan satu orang pun bersikap intoleran, karena tinggal diprovokasi sedikit saja bisa menjadi radikal," kata Haidar Alwi saat kegiatan diskusi "Forum Jurnalis Merah Putih", di Jakarta, Kamis.
Di Indonesia ini, kata dia, berdasarkan survei begitu banyak orang yang bersikap intoleran, dan hal itu harus menjadi perhatian bersama agar tidak membahayakan bangsa di kemudian hari.
Baca juga: Penggiat anti radikalisme: Radikalisme jalan asing kuasai Indonesia
"Kalau dibiarkan, begitu mereka berkumpul, frustasi, dikasih senjata atau dikasih kemampuan untuk menjadi teroris, jadilah mereka," kata dia.
Haidar mengajak agar masyarakat tidak lengah membiarkan intoleransi berkembang, dan juga jangan terprovokasi ikut menjadi intoleran, radikal bahkan teroris.
"Tidak ada gunanya berpikir radikal, nggak ada gunanya berpikir intoleran, negara kita Pancasila, negara yang semua masyarakatnya, semua agama bisa hidup damai tentram," ucapnya.
Baca juga: MPR nilai Indonesia butuh banyak pahlawan hadapi ancaman radikalisme
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahayanya radikalisme, menurut dia, perlu banyak literasi dan informasi yang sampai ke masyarakat, melalui berbagai cara, salah satunya dengan kegiatan diskusi seperti yang digelar Forum Jurnalis Merah Putih tersebut.
Baca juga: Setara Institute: pemerintah perlu kerangka kerja atasi radikalisme
Forum itu ikut membuka fakta tentang radikalisme, mendalaminya, hingga menyebarkan informasi kepada masyarakat, bahwa aliran radikalisme tersebut adalah ancaman nyata bagi bangsa.
Baca juga: Kementerian Agama gandeng NU dan Muhammadiyah lakukan deradikalisasi
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019