Jakarta (ANTARA News) - Presiden Bolivia berhaluan kiri, Evo Morales, memerintahkan Duta Besar AS di Bolivia meninggalkan negaranya karena disangka ada di belakang gelombang demonstrasi oposisi yang menuntut ditutupnya pipa gas alam ke Brazil.
Departemen Luar Negeri AS menyangkal tuduhan Morales itu sebagai hal yang tak beradasar seraya menandaskan Kedutaan Besar AS di La Paz tidak menerima satu permintaan pun agar Dubes Philip Goldberg meninggalkan negara Amerika Latin itu.
Morales yang sekutu dekat pemimpin Venezuela berhaluan kiri, Hugo Chavez, berulangkali menyebut keterlibatan Washington dan menuduh Dubes Goldberg mensponsori oposisi sayap kanan yang menggoyang pemerintahannya.
"Duba Besar AS tengah berkomplot melawan demokrasi dan ingin memecahbelah Bolivia," kata Morales yang mantan petani koka, pada satu pidato di istana kepresidenan La Paz seperti dikutip Reuters, Kamis.
Morales telah memerintahkan Menteri Luar Negeri Bolivia mengirim Dubes Goldberg sebuah surat berisi perintah "segera kembali ke negaramu," sebuah keputusan yang disambut gembira Hugo Chavez yang juga pernah menuduh Washington berada di balik kudeta gagal 2002 di Venezuela.
"Kejadian serupa tengah terjadi di Bolivia, itu ulah penjajah imperialis, yaitu AS imperium pemusnah bangsa," kata Chavez dalam satu pidato.
Para penentang Presiden Morales memusatkan kritiknya pada kawasan timur nan kaya minyak yang sedang bergolak karena warga di situ memprotes rencana reformasi Morales.
Mereka mengepung gedung-gedung pemerintahan dan menyerang fasillitas publik di kawasan yang menjadi kunci industri gas alam Bolivia itu.
Para demonstran telah menguasai kantor-kantor pemerintah di hari kedua protes di kota Santa Cruz yang adalah basis kaum oposisi dan jantung ekonomi Bolivia.
Para demonstran menuntut bagian hasil gas lebih besar untuk pemerintah daerah setempat sekaligus meminta status otonomi.
Di bagian selatan negeri, para demonstran telah menghancurkan pipa gas sehingga memaksa perusahaan pertambangan milik negara YPFB tutup dan membuat ekspor ke Brazil tersendat 10 persen.
"Ekspor gas ke Brazil telah berkurang hingga tiga juta meter kubik," kata Direktur Utama YPFB Santos Ramirez.
Brazil sendiri mengaku tidak begitu terganggu karena telah menyiapkan diri dari dampak demonstrasi besar di Bolivia itu.
Morales yang menasionalisasi industri minyak negara itu dua tahun lalu telah mengirimkan tentara untuk melindungi fasilitas-fasilitas energi yang menjadi target demonstran. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008