Kepala Museum Siwalima Jean Esther Saiya di Ambon, Rabu, mengatakan pascagempa bumi magnitudo 5,1 yang terjadi pada Selasa malam, dinding ruang pameran Sasadu mengalami retak yang cukup parah.
Retak yang terjadi di dinding dalam bagian belakang ruang pameran Sasadu berbentuk horisontal memanjang, dan ada bagian yang pecah terlepas.
Kerusakan lain yang diakibatkan oleh gempa susulan, yakni dinding kamar mandi ruang pameran busana daerah juga retak, tapi tidak separah ruang pameran Sasadu.
Selain itu, sebidang keramik berukuran 50 cm persegi di dinding luar ruang pameran tetap satu, terlepas dan jatuh.
Bangunan yang sementara ini tidak digunakan, sebelumnya juga mengalami retak ringan di bagian atas dinding luar saat gempa magnitudo 6,5 pada 26 September 2019, dan sebagian plafonnya runtuh ketika terjadi gempa susulan magnitudo 5,2 pada 10 Oktober 2019.
"Sejauh ini hasil pemeriksaan teman-teman, dampak yang ditimbulkan oleh gempa yang paling parah di ruang pameran Sasadu, retaknya panjang dan ada yang terlepas juga," ucap Jean.
Dikatakannya lagi, ia sudah meminta staf museum untuk mendata semua kerusakan yang disebabkan oleh gempa susulan magnitudo 5,1, sehingga bisa segera dilaporkan dan ditinjau oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Saya sudah meminta teman-teman untuk memeriksa semua kerusakan yang diakibatkan oleh gempa kemarin malam dan mendatanya, agar bisa segera dilaporkan," imbuh Jean.
Sebelumnya, gempa bumi magnitudo 6,5 pada 26 September 2019 juga menyebabkan dinding relief yang menggambarkan proses ritual adat Kakehang masyarakat Alifuru, dan dinding ruang pameran kelautan retak.
Dinding relief yang retak sudah diperbaiki sendiri oleh pengelola Museum Siwalima.
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019