Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro ingin Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) membumikan nuklir di Indonesia sehingga mengubah paradigma masyarakat untuk tidak anti terhadap teknologi nuklir.
"Batan dan Bapeten untuk fokus satu hal yakni kampanyekan nuklir itu aman, tidak lagi bicara teknis detail tapi sudah saatnya membumikan nuklir," kata Bambang dalam seminar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Sebuah Keniscayaan di Fakultas MIPA Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu.
Dia menuturkan sudah saatnya nuklir dibicarakan lebih terbuka dan lebih banyak informasi disampaikan kepada masyarakat bahkan informasi mengenai nuklir aman harus disebarluaskan sampai ke pelosok.
Menurut Menristek Bambang, masyarakat kontradiktif terhadap teknologi nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir bisa saja karena kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan keamanan dan keselamatan untuk penggunaan tenaga nuklir yang semakin tinggi.
"Kadang-kadang masyarakat bertindak atau bereaksi karena persepsi yang slaah, dan persepsi itu belum tentu karena sesuatu real," tuturnya.
Untuk mengubah persepsi itu, maka perlu pihak-pihak yang memahami dan mendalami teknologi nuklir seperti Batan dan Bapeten untuk memberikan pemahaman kepada berbagai kelompok masyarakat terutama yang masyarakat awam dan yang anti nuklir.
"Kontra terjadi karena informasi yang kurang atau salah informasi. Salah informasi mengakibatkan salah interpretasi mengenai nuklir," ujarnya.
Saat ini belum ada keputusan untuk membangun PLTN atau tidak sehingga menjadi tantangan dalam pengembangan PLTN di Tanah Air. "Belum ada keputusan kita akan masuk ke dalam fase project (pembangunan PLTN)," kata Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan.
Anhar menuturkan pihaknya siap dan terus berupaya menyebarluaskan informasi mengenai keamanan dan keselamatan dalam penggunaan teknologi nuklir kepada masyarakat.
Sumber energi melalui teknologi nuklir masih menjadi opsi terakhir nasional, dan perlu komitmen kuat untuk mewujudkan pembangunan PLTN di Indonesia.
"Paling tidak itu sudah masuk salah satu opsi kebijakan nasional, dan bagian dari energi baru, jadi tentu tetap menjadi satu opsi yang pemanfaatannya harus didiskusikan terus," ujar Anhar. ***3***
Baca juga: Menristek: PLTN tetap disiapkan untuk antisipasi kebutuhan listrik
Baca juga: Menristek minta Batan agresif kampanyekan nuklir aman
Baca juga: Menristek: Nuklir bisa tingkatkan kesejahteraan rakyat
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019