New York, (ANTARA News) - Harga minyak dunia merosot di bawah 100 dolar AS untuk pertama kalinya dalam lima bulan terakhir di London, Selasa. Hal itu terjadi setelah OPEC mengindikasikan akan mempertahankan batas produksi seperti saat ini. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman pada Oktober jatuh ke posisi terendah 99,04 dolar AS sebelum ditutup pada 100,34 dolar AS di London, turun 3,10 dolar AS. Ini kali pertama sejak 2 April, Brent turun di bawah batas psikologis 100 dolar AS per barrel. Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Oktober, jatuh 3,08 dolar AS dan ditutup pada 103,26 dolar AS per barrel. Sejak mencapai rekor tertinggi di atas 147 dolar AS pada Juli, harga minyak cenderung terus turun mengarah ke batas psikologis 100 dolar AS. Penurunan harga minyak yang berkelanjutan terjadi di tengah kekhawatiran menurunnya permintaan karena melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Hal itu juga terjadi di tengah gejolak pasar keuangan yang dipicu merosotnya sektor perumahan AS dan seretnya aliran kredit. Pasar fokus pada pertemuan resmi pertama OPEC sejak Maret. Pertemuan dibuka di Wina pada malam hari karena puasa Ramadhan untuk Muslim. Brent turun tajam pada Selasa setelah presiden Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan kelompok tersebut akan mempertahankan batas produksinya. "Kami akan tetap pada tingkat produksi sekarang," kata Presiden OPEC yang juga Menteri Energi Aljazair, Chakib Khelil, kepada para reporter. Ke-13 negara anggota OPEC belum mengubah batas produksi resmi mereka yaitu 29,67 juta barrel per hari (bpd) sejak pertemuan pada September 2007. Beberapa analis telah memberikan kesan bahwa OPEC akan menurunkan kelebihan produksinya, yang diperkirakan sekitar satu juta barrel per hari. Harga minya turun meski diperkirakan Badai Ike akan memasuki Teluk Meksiko, Selasa, dimana seperempat minyak AS diproduksi. "Badai Ike diperkirakan akan menguat ketika memasuki Teluk Meksiko," Pusat Topan Nasional memperingatkan. Phil Flynn dari Alaron Trading mengatakan bahwa harga minyak menyesuaikan kembali nilainya sebagai sebuah instrumen keuangan pada makro ekonomi umum terbesar.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008