Wina (ANTARA News) - Grup produsen minyak OPEC, yang menghasilkan 40 persen minyak mentah dunia, mempertahankan produksinnya tak berubah dalam pertemuan di Wina, Selasa waktu setempat, kata presiden OPEC, meski harga minyak merosot dan pertumbuhan ekonomi melambat. "Kami tetap pada tingkat produksi dimana kami sekarang," kata Presiden OPEC yang juga Menteri Energi Aljazair Chakib Khelil kepada para reporter jelang keputusan resmi hari ini. "Sekalipun, jika kami akan menurunkan produksi sekarang, kami belum tahu jika itu akan menghentikan harga dari penurunan," tambah dia. Harga minyak mencapai puncak tertinggi di atas 147 dolar AS pada Juli tahuh ini, namun sekarang terancam jatuh di bawah 100 dolar AS karena pelambatan ekonomi global dan menurunnya permintaan untuk minyak. Awal Selasa, Arab Saudi, produsen minyak mentah terbesar dunia dan pimpinan de facto Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), menyuarakan kepuasannya atas penurunan harga tersebut. "Kami telah kerja sangat keras sejak pertemuan Juni untuk membawa harga ke dimana sekarang berada. Saya pikir segala sesuatunya dalam keseimbangan," kata Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Nuaimi, yang negaranya memacu produksi unilateral pada mei dan Juni. Pertemuan OPEC kali ini berbeda dari pertemuan resmi grup waktu lalu pada Maret, ketika harga minyak menembus 100 dolar AS dan berjalan cenderung terus meningkat. Kali ini, harga minyak berjalan turun, mengapung mendekati 100 dolar AS -- sebuah level banyak anggota, di atas semua harga tradisional Iran dan Venezuela, yang giat melakukan perlindungan. Harga minyak merosot ditutup menjadi 101 dolar AS per barrel pada Selasa, posisi terendah sejak awal April. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober jatuh ke posisi terendah 101,27 dolar AS per barrel. Kemudian, mantap berada pada 101,75 dolar AS, turun 1,69 dolar AS dari penutupan Senin. Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Oktober, merosot 2,16 dolar AS menjadai 104,18 dolar AS per barrel dan sempat menyentuh posisi terendah 104,09 dolar. Dilemanya bagi para produsen adalah bagaimana mendapatkan keseimbangan antara keinginan untuk penerimaan dan bahaya bahwa harga tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global. Beberapa analis telah memberi kesan OPEC akan memilih untuk sebuah tindakan "diam" menurunkan produksi karena permintaan untuk minyak turun. Ini dilakukan oleh Arab Saudi yang menurunkan produksi minyaknya di atas kuota resmi tanpa mengumumkan secara resmi perubahan kebijakannya. Kebijakan OPEC adalah membatasi produksi untuk 12 negara anggota dengan kuota 29,67 juta barrel per hari (bpd), namun mereka memproduksi lebih sekitar satu juta di atas kuota ini. "Di sana ada ruang untuk pengurangan produksi minyak OPEC sekitar satu juta barrel per hari jika Arab Saudi dan anggota Teluk lainnya menghormati kuota milik mereka," analis pada bank investasi Natixis memberikan komentar. Pertemuan OPEC di Wina, yang dimulai pada pukul 2100 waktu setempat (1900 GMT) karena puasa untuk Muslim pada bulan Ramadhan, adalah pertemuan resmi pertama grup sejak Maret lalu. Sebuah keputusan untuk mempertahankan produksi tetap akan membantu para konsumen di negara-negara importir minyak yang sedang kesulitan dengan meningkatnya biaya pemanas dan transportasi. "Seluruhnya, Saya telah meminta tidak hanya anggota OPEC tapi semua pemasok ke pasar dunia untuk memasok pasar dengan baik," kata Sekretaris Energi AS Samuel kepada para jurnalis di Washington. AS mendesak dengan tekanan luar biasa sekutunya Arab Saudi untuk meningkatkan produksi ketika harga minyak naik. Arab saudi menaikkan produksi 500.000 barrel per hari pada Mei dan Juni. Dengan harga yang turun sekarang, pertemuan OPEC ini telah menyoroti harga minimum yang diinginkan anggota grup. Iran dan Venezuela telah mengindentifikasi 100 dolar AS sebagai harga di lantai mereka, Ecuador telah memberikan referensi 110-120 dolar AS sebagai "reasonable," sementara para analis melihat Arab Saudi dan negara Teluk lainnya merasa nyaman dengan harga di bawah 100 dolar AS. "Posisi Suaudi harga itu terlalu tinggi," kata Vera de Ladoucette, seorang analis pada perusahaan konsultan energi CERA . "Saya yakin bahwa batas untuk harga itu bukan 100 dolar AS tapi 80 dolar AS. Mereka mengamati apa yang sedang terjadi dan harga telah turun, namun itu masih 12 persen di atas harga awal tahun." Menteri Perminyakan Irak Hussein al-Shahrastani mengatakan Selasa bahwa harga yang layak untuk minyak adalah "dimana mereka berada." Demikian lapor AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008