Jakarta (ANTARA News) - Departemen Kehutanan (Dephut) membenahi sistem pemantauan sumber daya hutan dengan membuat "Forest Resource Information System" (Fris) guna mewujudkan transparansi di sektor kehutanan."Sebelumnya, kita sudah punya Fomas (Forest Monitoring and Assesment System), sistem tersebut kita rubah menjadi Fris. Sistem ini menjadi payung dalam hal pengawasan hutan nantinya," kata Kepala Pusat Inventarisir dan Perpetaan Hutan Badan Planologi (Baplan) Dephut, Hermawan, di Jakarta, Selasa.Dia mengatakan, pembuatan Fris ini terkait dengan komitmen pemerintah dalam membangun tata kepemerintahan yang baik, terutama demi transparansi di sektor kehutanan.Menurut dia, segala informasi dan data terkait dengan kehutanan akan tersedia dalam web yang akan selalu di "up date" saat terjadi perubahan data.Ketersediaan informasi yang "up to date", konsisten, sesuai kebutuhan, tepat waktu, dan terintegrasi, akan sangat mendukung saat Indonesia mulai mengimplementasikan "Reducing Emission from Deforestation and Degradation" (REDD) pada 2012 nanti, ujar dia. Selain itu, dia mengatakan, pentingnya menerapkan Fris juga sebagai persiapan dalam mengimplementasikan Undang-undang (UU) Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP), yang akan efektif pada 2010 setelah ada turunan kebijakan berupa Peraturan Pemerintah (PP). Dia mengatakan, secara teknis data Dephut sangat siap, hanya tinggal menyusun kembali agar terorganisir dengan baik. "Sub sistem yang kita kembangkan bersifat parsial berkaitan dengan data, peta, maupun hal terkait geografis. Kita bekerjasama dengan Bakorsutanal," katanya. Sementara itu, menurut Subkon Dephut untuk pengembangan sistem Fris, Belinda Arunawati, dalam hal perbaikan website Dephut ini, Dutches Bank melalui Bank Dunia memberikan bantuan sebesar dua juta dolar AS sebagai dana awal. Menurut dia, untuk menyempurnakan website Dephut yang "up to date" dibutuhkan dana hingga 10 juta dolar AS. "Bandwitch ditingkatkan, ini yang terpenting supaya nanti saat REDD diterapkan, negara pengemisi maupun masyarakat luas dapat dengan mudah melihat secara `on line` kondisi hutan yang dibantu untuk pengurangan karbon," ujar dia.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008