Madiun (ANTARA News) - Sedikitnya 16 ribu ton gula milik petani di wilayah Kabupaten Madiun, Jastim masih tertahan di gudang Pabrik Gula (PG) Pagotan Madiun, yang ditengarahi akibat banyaknya gula rafinasi yang beredar di masyarakat menjelang Hari Raya Idulfitri tahun ini.Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) PG Pagotan Kabupaten Madiun, Sudira, Selasa, menyatakan, dengan banyaknya gula rafinasi yang beredar di masyarakat, harga gula produksi petani akan terus menurun. Dengan kondisi tersebut, akan mengancam kelangsungan hidup petani."Petani tebu hidup dengan mengandalkan hasil produksi gula, jika gula sulit pasarkan maka kami tidak bisa menghidupi keluarga. Harga gula produksi petani sempat turun menjadi Rp4.950/kgnya. Dengan harga tersebut petani akan merugi," katanya saat dikonfirmasi.Menurut dia, setelah pihaknya melakukan aksi dan mengancam akan melalukan "sweeping" (razia) gula rafinasi beberapa waktu yang lalu, ternyata langsung mendapatkan respon positif dari pemerintah, salah satunya pemerintah menghentikan impor gula rafinasi. Dengan penghentian impor gula rafinasi, harga gula produksi petani berangsung-angsur mengalami peningkatan. Harga gula petani ditingkatan pabrik saat ini telah menembus angka Rp5.000/kg sesuai dengan harga ketentuan pemerintah. "Dengan adanya kenaikan harga gula, berangsur-angsur gula yang ada di gudang bisa didistribusikan. Selain itu, penjamin yang dulu sempat mangkir akibat harga rendah kini kembali menjamin hasil produksi gula petani, walaupun belum semuanya," katanya menambahkan. Lebih lanjut ia menjelaskan, pihaknya berharap kepada pemerintah terus memantau peredaran gula di Indonesia, baik gula produksi petani maupun gula rafinasi. Jika pengawasan kendur dikuatirkan kejadian serupa kembali terulang dan ujung-ujungnya petani yang dirugikan. Sementara itu, Kasubdin Perdagangan Disperindag Kabupaten Madiun, Agus Trisilo mengaku, pihaknya telah melakukan pengawasan terhadap peredaran gula rafinasi di pasaran Kabupaten Madiun. Selain itu, melakukan razia terhadap makanan dan minuman terutama menjelang Labaran. "Untuk melakukan razia makanan dan minuman kami menggandeng beberapa pihak antara lain Kepolisian, Lembaga Konsumen bahkan BP POM. Hal itu dilakukan untuk menjamin seluruh barang yanng dijual di pasaran layak konsumsi," katanya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008