Jakarta (ANTARA) - Waktu makan malam bagi penyandang diabetes, bukan jam 19.00 melainkan menjelang waktu tidur mereka, menurut dokter spesialis gizi dari RSCM, Dr dr Fiastuti Witjaksono.
"Kalau penyandang diabetes makan terakhir jam 7 malam, baru makan lagi besok pagi, jaraknya itu sekitar 12 jam, itu terlalu lama. Terakhir makan bukan jam 7 malam, tetapi sebelum tidur harus ada yang dimakan," ujar dia dalam temu media "Gerakan Lawan Diabetes Bersama Dia", di Jakarta, Rabu.
Fiastuti menganjurkan makan malam sebaiknya pukul 21.00-22.00 agar jarak waktu makan (dari malam ke pagi) tidak terlalu jauh, demi menurunkan risiko atau bahkan mencegah terjadinya hipoglikemi.
Hipoglikemi atau kekurangan kadar gula bisa terjadi kapan saja termasuk saat tidur dan kondisi ini bisa berujung kematian. Sejumlah gejala yang biasa penderita alami antara lain bekeringat dingin, lemas, pandangan berkunang-kunang dan pusing.
Salah seorang penyandang diabetes tipe 1, Sekar Saraswati (31) mengakui kondisi hipoglikemi paling sering terjadi pada pukul 02.00 atau saat dirinya tertidur.
"Jam 2 pagi itu waktu kritis, hipoglikemi biasanya terjadi jam segitu. Biasanya lemas, keringat dingin," kata dia.
Asupan makanan yang dipilih pun tidak boleh mengandung gula yang tinggi dan karbohidrat tinggi. Sebaiknya plih makanan dengan karbohidrat kompleks yang tinggi agar gula darah tidak cepat naik dan turun.
Konsultan metabolik endokrin, Dr dr Fatimah Eliana menyarankan susu khusus untuk penyandang diabetes saat malam hari atau bila tidak susu tanpa gula.
"Bisa susu biasa tapi tanpa gula. Takarannya empat sendok makan," kata Eliana.
Fiastuti mengatakan, bijak memilih nutrisi yang tepat adalah langkah awal dan penting untuk mengontrol gula darah agar tetap stabil.
"Pola makan untuk penyandang diabetes bukan berarti berbeda dengan orang pada umumnya. Tetapi sebenarnya berupa panduan pola makan dengan berbagai makanan bergizi dalam takaran porsi yang tepat," kata dia.
Ketimbang pola makan yang ketat, sebaiknya pilih pola makan dengan gizi seimbang yang mengandung karbohidrat dengan indeks glikemik rendah, tinggi serat, vitamin dan mineral.
Baca juga: Guru besar : olahraga 150 menit dapat cegah diabetes melitus tipe 2
Baca juga: Turunkan risiko diabetes tipe 2 dengan cara ini
Baca juga: Beda puasa intermiten dan asupan rendah karbohidrat untuk diet
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019