fokusnya adalah mengajak masyarakat untuk bijak dalam mengelola sampah
Padang (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan pemahaman tentang ekosistem laut kepada siswa SMA/SMK dalam kampanye Gerakan Cinta Laut (Gita Laut) melalui program Sekolah Pantai Indonesia.
Direktur Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan, Muhammad Yusuf. S.Hut, M.Si dihubungi dari Padang, Selasa mengatakan kegiatan itu melibatkan 50 siswa yang dipersiapkan sebagai agen perubahan di lingkungan sekolah dan masyarakat.
"Salah satu persoalan yang kita angkat adalah bagaimana masyarakat bisa mengurangi penggunaan plastik," katanya.
Baca juga: Dua Sekolah Pantai Indonesia di Riau fokus antisipasi abrasi
Baca juga: Sekolah di Yogyakarta didorong kembangkan bank sampah
Tahun 2019, terpilih SMKN 2 Painan sebagai Sekolah Pantai Indonesia dari Sumatera Barat. Kegiatan dilakukan sepanjang tiga bulan dengan lima tahapan.
Tahapan pertama sosialisasi, yaitu memberikan pemahaman tentang ekosistem mangrove dan terumbu karang, pencemaran pesisir, dinamika pantai dan pengelolaannya serta informasi iklim.
Pencemaran pesisir adalah isu yang kemudian dipilih untuk dikembangkan di SMKN 2 Painan.
Tahapan selanjutnya adalah mengamati dengan cara mengumpulkan serta memilah sampah. Sampah dipilah berdasarkan kategori plastik, kain, kaca, kayu dan logam.
Tahap tiga adalah analisa. Siswa dilatih untuk menganalisa dalam kelompok. Mengamati, membuat kesimpulan dan mencari solusi persoalan yang ditemukan di lapangan.
Berdasarkan pengamatan siswa, sekitar 30 persen sampah di pesisir pantai dan lingkungan sekitarnya adalah plastik.
Baca juga: KLHK berharap banyak pada sekolah berbudaya lingkungan
Baca juga: 3.871 sekolah sudah berpredikat peduli lingkungan
Tahap keempat adalah tahap ajarkan yaitu melakukan kampanye lingkungan tentang bahaya sampah. Siswa di menyampaikan kampanye kepada masyarakat sekitar sekolah, pedagang, nelayan pukek, pasar dan perempatan serta melalui radio.
"Fokusnya adalah mengajak masyarakat untuk bijak dalam mengelola sampah. Memilah dan melakukan daur ulang," ujar Muhammad Yusuf.
Tahap akhir adalah tahap aksi yaitu memberikan solusi atas persoalan sampah yang ada di pesisir. Salah satunya adalah membuat lomba hasil kreasi daur ulang, serta memberi bantuan pada masyarakat.
Salah seorang masyarakat di sekitar sekolah, Buyung (51) mengatakan sosialisasi yang disampaikan siswa tentang daur ulang cukup menarik karena bisa memberi nilai tambah pada sampah yang sebelumnya hanya dibuang.
Masyarakat menurutnya bisa memiliki usaha sampingan dengan daur ulang itu.
Baca juga: UNESCO Dakar puji program sekolah Adiwiyata Indonesia
Baca juga: 10 sekolah di Sumbar terima penghargaan Adiwiyata
Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019