sampai ada yang buang bangkai babi lagi, enggak dipikirkan orang itu nelayan di siniMedan (ANTARA) - Ratusan bangkai babi yang berserakan di Danau Siombak, Kecamatan Marelan, Kota Medan, Sumatera Utara menyebabkan warga enggan membeli ikan hasil tangkapan dari danau tersebut.
Berdasarkan keterangan seorang nelayan bernama Ishak, hampir dua pekan penjualannya menurun karena masyarakat enggan membeli ikan yang berasal dari Danau Siombak.
"Orang pada nanya ikannya darimana. Kalau mereka tau ikan dari Danau Siombak, pasti orang langsung enggak mau beli," katanya kepada ANTARA, Selasa.
Baca juga: 351 ekor bangkai babi di Danau Siombak dikubur massal
Baca juga: Dirjen: Kolera babi dan african swine fever tidak menular ke manusia
Ia berharap, setelah dilakukan penguburan ratusan bangkai babi yang ada di Danau Siombak, penjualan ikan dapat kembali normal seperti biasanya.
"Semoga aja setelah dikubur ini bisa kayak dulu lagi penjualan kami. Janganlah sampai ada yang buang bangkai babi lagi, enggak dipikirkan orang itu nelayan di sini," ujarnya.
Selain Ishak, ada juga Rudi. Rudi mengaku pendapatan dari hasil penjualan ikannya turun hampir hampir 50 persen.
Baca juga: Mentan akan bentuk unit khusus tanggulangi virus Demam Babi Afrika
Baca juga: Kepri tingkatkan pengawasan terhadap virus demam babi Afrika
"Kalau dulu sebelum ada bangkai babi ini laris kali lah. Pembeli-pembeli ini malah suka kalau ikan dari Danau ini," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, kasus kematian babi akibat virus hog cholera atau kolera babi di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) tercatat sebanyak 5.800 ekor babi yang mati.
Sebanyak 11 Kabupaten/Kota yang terkena wabah virus hog cholera yaitu Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Samosir.
Untuk di Danau Siombak, sebanyak 351 ekor bangkai babi yang ditemukan dan telah dikubur massal.
Baca juga: Terkait bangkai babi, Dinkes Medan imbau warga tak gunakan air sungai
Pewarta: Nur Aprilliana Br. Sitorus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019