Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyatakan selalu siap masuk pasar untuk mengatasi volatilitas (kecepatan naik turun) nilai tukar rupiah.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono di Jakarta, Senin, menyatakan, BI dalam intervensi tidak akan melawan arus (kecenderungan global), tetapi menjaga pergerakan rupiah tetap mulus (smooth) dengan kebijakan yang tepat.
Alasan BI untuk tidak melawan arus (kecenderungan global) adalah untuk mengatur penggunaan dana cadangan secara tepat.
"Kita akan masuk ke pasar dengan menggunakan cadangan devisa secara bijak, dan besarnya cadangan devisa ini bisa diterima oleh pasar," kata dia.
Menurut Boediono, cadangan devisa Indonesia saat ini adalah 58,4 miliar dolar AS.
"Cadangan kita sempat di atas 59 dolar AS, karena untuk operasi pasar, maka nilai naik turun," katanya.
Gejolak rupiah akhir pekan lalu, menurut dia, disebabkan oleh kondisi global yang tertekan akibat perlambatan ekonomi dunia, inflasi tinggi, dan kerusakan sistem ekonomi di AS dan Eropa.
"Dalam kondisi seperti ini pasti para pelaku pasar global akan mengamankan dananya dan dibawa ke negara asalnya, dan ini yang membuat rupiah mengalami tekanan," jelasnya.
Kondisi itu membuat pelaku pasar merasa tepat menaruh dananya dalam dolar AS sehingga mata uang AS itu menguat, namun tidak akan bertahan lama karena mereka akan mencari lagi peluang yang lebih menarik.
Boediono juga mengatakan bahwa kondisi ekonomi di Indonesia tidak separah di negara-negara lain, seperti di AS, Eropa dan negara-negara di Asia.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008