Serang (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda selam beberap hari ini kembali berselimut kabut tebal. "Sudah lama kondisi Anak Krakatau tertutup kabut tebal," kata petugas Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau (GAK), Jumono, di Desa Pasauaran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Senin. Dia mengatakan, cuaca di perairan Selat Sunda cukup buruk yang membuat kondisi Gunung Anak Krakatau tertutup kabut tebal. Meskipun cuaca buruk di Selat Sunda, pelayaran kapal feri rute Pelabuhan Merak (Banten) - Bakauheni (Lampung) tidak terpengaruh. Saat ini ketinggian gelombang mencapai dua meter, angin bertiup kencang dan disertai hujan deras. Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada pengunjung dan nelayan, agar tidak mendekati kawasan Anak Krakatau. "Apalagi saat ini masih mengeluarkan letusan dan kegempaan di sekitar lubang kawah baru di bukit selatan gunung," katanya. Dia menyatakan, sejauh ini pengunjung dan nelayan tidak diperbolehkan berada pada radius dua kilometer dari GAK itu. Ia juga mengatakan, frekuensi letusan dan kegempaan Anak Krakatau mengalami fluktuatif. "Kalau dulu status siaga atau level III letusan bisa terekam per enam jam dengan kemunculan interval tiga sampai 20 menit. Akan tetapi saat ini, rekaman aktivitas Gunung Anak Krakatau, yakni vulkanik dalam, vulkanik dangkal, letusan, tremor dan hembusan tercatat selama 24 jam," katanya. Data pos pemantauan Gunung Anak Krakatau, hasil rekaman seismograf di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, sepanjang Minggu (7/9) tercatat sebanyak 212 kali, yakni vulkanik dalam 11 kali, vulkanik dangkal 87 kali, letusan 25 kali, tremor 35 kali dan hembusan sebanyak 54 kali. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008