Kami melihat perkembangan penyaluran dana tiap bulan dari pemberi pinjaman Asetku kepada peminjam cukup memuaskan. Akhir 2018, dana yang tersalurkan pada Desember sekitar Rp65 milliar, pada April 2019 sekitar Rp185 milliar, Agustus 2019 sekitar Rp700

Jakarta (ANTARA) - Aplikasi yang menghubungkan antara pemberi pinjaman (lender) dengan peminjam (borrower) berkualitas dari marketplace bertajuk Asetku tercatat telah sukses menyalurkan pendanaan hingga Rp4 triliun dalam dua tahun.

Direktur Asetku Andrisyah Tauladan di Jakarta, Selasa, mengatakan pihaknya telah berhasil menyalurkan dana sebesar Rp4,2 trilliun sejak berdiri hingga awal November 2019.

Penyaluran dana dilakukan kepada lebih dari 2 juta peminjam yang telah terseleksi melalui kerja sama dengan marketplace seperti Akulaku dan Bukalapak.

“Kami melihat perkembangan penyaluran dana tiap bulan dari pemberi pinjaman Asetku kepada peminjam cukup memuaskan. Akhir 2018, dana yang tersalurkan pada Desember sekitar Rp65 milliar, pada April 2019 sekitar Rp185 milliar, Agustus 2019 sekitar Rp700 milliar hingga Oktober 2019 mencapai Rp850 milliar,” katanya,

Menurut dia, perkembangan penyaluran dana tersebut menunjukkan sudah semakin banyak masyarakat yang mengenal hingga melakukan transaksi pendanaan di fintech P2P lending khususnya Asetku.

Di akhir kuartal IV, Asetku menargetkan bisa menyalurkan total akumulasi dana sebesar Rp5 trilliun dan optimis dapat mencapai lebih jika melihat total pendanaan hingga bulan ini.

“Kerja sama dengan marketplace menjadi pintu kami untuk menyeleksi kualitas peminjam yang membutuhkan dana tunai untuk berbagai kebutuhan. Karena minat pemberi pinjaman kami cukup tinggi, kami sangat terbuka menjalin kerjas ama untuk mendapatkan rekomendasi calon peminjam,” katanya.

Sebagai salah satu perusahaan dari 144 perusahaan Fintech Peer to Peer Lending (P2P) yang telah terdaftar dan di awasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PT. Pintar Inovasi Digital melalui platform Asetku gencar melakukan inovasi guna memberikan jasa dan pelayanan terbaik kepada pengguna aplikasi.

Aplikasi tersebut kini menyediakan produk pendanaan dengan jangka waktu yang lebih lama yang diharapkan memberikan alternatif kepada pengguna agar dapat memilih produk pendanaan yang paling sesuai dan cocok dengan kebutuhannya masing-masing. Tiap produk umumnya memiliki dana awal, return rate, dan jangka waktu pendanaan yang berbeda.

“Jangka waktu pendanaan yang kami punya sebelumnya singkat-singkat, namun kami melihat adanya kebutuhan maupun permintaan masyarakat, kini kami menyediakan produk dengan tenor yang lebih lama yaitu 2 bulan dan 3 bulan,” katanya.

Pendanaan dengan jangka waktu lebih lama, tentu memberikan keuntungan yang lebih besar kepada pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman yang ingin mengembangkan dana menganggur dengan cara meminjamkan kepada peminjam yang telah terseleksi akan mendapatkan return rate pada pendanaan berjangka waktu 2 bulan sebesar 20 persen pertahun dan 21 persen pertahun untuk pendanaan berjangka waktu 3 bulan.

“Return rate bisa lebih tinggi menjadi 22 persen jika pengguna punya kupon tambahan interest 1 persen yang bisa di dapatkan pengguna dengan cara mengajak teman pendanaan di Asetku,” katanya.

Bukan hanya memberikan pilihan pendanaan dengan jangka waktu yang bervariatif, Asetku juga berinovasi dalam mengembangkan user experience (UX) dan user interface (UI) pada aplikasinya. Untuk meningkatkan kepuasan dan memaksimalkan pengalaman pengguna, aplikasi itu menambahkan fungsi-fungsi baru untuk mempermudah transaksi.

“Kami meyakini aplikasi ini merupakan salah satu aplikasi P2P termudah dan user friendly. Mudah di akses dan tidak membingungkan bahkan untuk pemula. Kemudahan bertransaksi dengan versi terbaru diharapkan dapat meningkatkan jumlah transaksi pendanaan,” katanya.

Pengguna dapat menikmati kemudahan proses transaksi pada versi aplikasi terbaru di Android maupun di IOS.

Dalam setahun terakhir Asetku aktif mengenalkan industri fintech P2P melalui sosialisasi di berbagai daerah di Indonesia sebagai upaya mewujudkan misi OJK dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan Indonesia.

“Kami melihat adanya peluang bisnis jumlah peminjam individu terutama untuk cash loan, karenanya bisnis model kami bekerja sama dengan berbagai marketplace sebagai sumber borrowers. Kolaborasi antara bank dan e-commerce dengan fintech P2P lending memang diperlukan untuk perkembangan bisnis,” katanya.

Baca juga: OJK sebut dua kebijakan yang dibutuhkan industri Fintech

Baca juga: AFPI: Palapa Ring mudahkan peminjaman "fintech" di daerah terpencil

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019