Brisbane (ANTARA News) - Radio Australia, Senin, menyoroti penolakan Departemen Hukum dan HAM RI atas permintaan pengacara Schapelle Corby agar kliennya dipindahkan dari Penjara Kerobokan, Denpasar, ke Penjara Bangli yang lokasinya lebih dekat dengan kantor Konsulat Australia, atas alasan kesehatan. Media itu menyebutkan, alasan penolakan Dephukham RI itu semata-mata didasarkan pada pertimbangan bahwa yang bersangkutan baru menjalani empat tahun dari 20 tahun masa hukumannya. Perempuan asal Gold Coast, Queensland, itu kini menjalani masa hukuman 20 tahun penjara di Bali dalam kasus penyelundupan 4,2 kilogram mariyuana tahun 2004. Sebelumnya, Pengacara Corby, Erwin Siregar, mengatakan, kliennya menderita depresi setelah permohonan terakhir peninjauan kembali kasusnya ditolak. Juli lalu, Corby sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Sanglah. Perhatian media Australia terhadap kasus Corby tiada pernah berhenti. Juli lalu misalnya, berbagai media cetak dan elektronika di negara itu mengupas habis fakta baru di seputar peran ayah Corby, Michael Corby senior, dalam dunia kelam perdagangan narkoba lintas negara. Fakta demi fakta yang selama bertahun-tahun terkubur terus menyeruak menjadi konsumsi publik di negeri itu setelah Stasiun TV "Channel Nine" menayangkan film dokumenter tentang kisah dirinya berjudul "Schapelle Corby: The Hidden Truth" pada 22 dan 24 Juni 2008. Penayangan film ini ditonton sedikitnya 1,6 juta orang. Penayangan film dokumenter tersebut sekaligus membuka katup pengaman Kotak Pandora yang selama ini tertutup rapat karena setelah itu media cetak dan elektronika Australia lainnya seakan berlomba untuk mengungkap fakta-fakta terbaru di seputar Corby dan kiprah ayahnya dalam perdagangan narkoba. Media Australia yang menindaklanjuti gebrakan Stasiun TV "Saluran Sembilan" (Channel Nine) itu adalah Stasiun TV ABC dalam acara "Lateline"-nya 4 Juli malam serta "The Sun Herald", "Sunday Telegraph", "The Age", "Sydney Morning Herald" (SMH) dan Australian Associated Press (AAP) pada 12 dan 13 Juli 2008. Yang menjadi sorotan utama media-media Australia setelah penayangan film dokumenter di Stasiun TV "Channel Nine" itu tiada lain adalah Michael Corby senior, ayah Schapelle Corby yang meninggal dunia di Rumah Sakit Brisbane karena penyakit kanker, Januari 2008. Jika dalam acara program "Lateline" ABC 4 Juli malam, sepupu ayah Corby, Alan Trembath, mengungkapkan secara gamblang keterlibatan Michael Corby senior dalam perdagangan mariyuana di Australia, pada pemberitaan "The Sun Herald" dan suratkabar-suratkabar milik kelompok Fairfax seperti The Age dan SMH justru menunjuk Michael Corby senior sebagai pemilik barang haram yang ada di sarung tas papan selancar anak perempuannya. Teka-teki tentang ayah Corby sebagai pemilik 4,2 kilogram mariyuana yang ditemukan petugas Indonesia di dalam sarung tas papan selancar Schapelle Corby tahun 2004 itu terkuak setelah ada pengakuan baru Malcolm McCauley, pria Australia yang pernah tersangkut kasus ganja di Adelaide. Pria yang sempat mendekam di penjara selama 15 bulan karena terbukti terlibat dalam pengiriman 100 kilogram mariyuana dari negara bagian Australia Selatan ke Queensland antara Januari 2004 dan November 2005 itu mengatakan dia dan ayah Corby adalah rekanan bisnis narkoba. Pengakuan McCauley yang pada awalnya dia sampaikan ke "The Sun Herald" di Adelaide 11 Juli lalu itu juga semakin menguak fakta bahwa Schapelle Corby sesungguhnya mengetahui ayahnya itu adalah bandar narkoba. Dia pun paham bagaimana modus operandi penyelundupan mariyuana ayahnya ke Bali. "Kebenarannya adalah dia (Corby) tahu ayahnya itu pedagang narkoba. Dia tahu seluk beluk perjalanan ke Bali, dia tahu sistemnya, (dia tahu) penyuapan. Dia tahu banyak," kata McCauley. (*)
Copyright © ANTARA 2008