Jakarta (ANTARA News) - Seniman, musisi dan sekaligus peminat sosial kemasyarakatan Indonesia, Franky Sahilatua, mengecam keras kekejaman satuan pengamanan KJRI Hong Kong atas sembilan perempuan buruh migran asal Indonesia. "Mereka ditangkap, lalu dianiaya hingga luka dan memar-memar di beberapa bagian badan mereka," ungkap Franky Sahilatua yang mengaku sebagai Duta Buruh Migran kepada ANTARA di Jakarta, Minggu. Berdasarkan informasi sahih yang diperoleh jaringannya, Franky Sahilatua mengungkapkan, ke-9 perempuan buruh migran Indonesia (BMI) anggota IMWU itu ditangkap karena suatu masalah. "Lalu empat dari mereka dianiaya hingga luka-luka dan memar-memar oleh petugas satuan keamanan (Satpam) Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong," ujarnya lagi. Usut punya usut dari berbagai jaringannya, lanjutnya, ternyata para anggota BMI itu mendapat perlakuan kasar seperti itu karena menggelar spanduk berisi `Stop Under Payment`. Spanduk itu diusung pada saat Menteri Tenaga Kerja RI, Erman Suparno berpidato di Gedung `Queen Elizabeth` yang diselenggarakan oleh KJRI pada hari Minggu pagi. "Kegiatan seremonial itu berlangsung pagi ini sekitar pukul 11.00 waktu Hong Kong," kata Franky Sahilatua, yang mengharapkan kasus ini bisa dituntaskan dan jangan lagi terjadi di masa mendatang.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008