Purworejo, (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriyantono melakukan penelitian lebih lanjut tentang keunggulan padi jenis Super Toy HL-2, ketika panen perdana di Desa Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, 17 April 2008 lalu. Jenis padi yang oleh PT Sarana Harapan Indopangan (SHI) sebagai pemodal uji coba itu, disosialisasikan sebagai sekali tanam bisa panen tiga kali dengan produksi mencapai 14,7 ton Gabah Kering Panen (GKP) itu memang tampak menggiurkan Sosialisasi dilakukan sejak Oktober hingga Desember 2007, dilanjutkan penanaman pada Januari 2008 di areal seluas 103,01 hektare milik 449 petani Grabag. Total luas lahan persawahan di desa itu sekitar 197 hektare. Kemungkinan memang SBY berhati-hati merespon temuan itu sehingga meminta Mentan meneliti kebenaran daya super padi Supertoy. Ketika itu Presiden juga memuji penemunya, Tuyung Supriyadi, warga Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Presiden menyambut positif peranan bidang penelitian karena pemerintah menanti partisipasi putra bangsa dan bahkan akan "jemput bola" untuk mencari bakat-bakat tersebut. Saat itu, Presiden antara lain didampingi Ibu Negara, Kristiani Yudhoyono, Menko Kesra, Aburizal Bakrie, Mendagri, Mardiyanto, Mensesneg, Hatta Rajasa, Mentan, Anton Apriyantono, Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, Bupati Purworejo, Kelik Sumrahadi, dan Gubernur Jateng ketika itu, Ali Mufidz. Setelah panen perdana Presiden berdialog selama sekitar 30 menit dengan petani dari sejumlah daerah di Indonesia di bawah terik matahari di tengah sawah padi Supertoy. "Waktu itu memang petani sudah resah karena panenan perdana sudah tidak sesuai harapan," kata Kepala Desa Grabag, Gandung Sumriyadi yang ditemui ANTARA di rumahnya di kawasan selatan Purworejo itu. Ia juga mengaku tidak pernah diminta izin SHI sebelum melakukan proyek Supertoy di desanya. Bupati Kelik Sumrahadi juga menyatakan ketidakterlibatan pemerintah daerah dari tingkat desa hingga kabupaten dalam proyek itu. Memang, kata Kelik, dirinya pernah didatangi pihak SHI yang memaparkan rencana proyek itu. Seringkali dirinya hadir dalam sosialisasi proyek namun tidak pernah memberikan instruksi apapun. Pemkab setempat sebatas melakukan pengawasan melalui sejumlah instansi seperti Dinas Pertanian dan Peternakan serta Dinas Pengairan. Para petani, kata Gandung, tidak lagi menyoalkan gagal panen perdana karena telah mendapatkan ganti rugi dari SHI sekitar Rp2,3 juta per ubin. Satu hektare lahan sama dengan 714,28 ubin. Kenyataannya, rata-rata panen perdana hanya 3,5 ton GKP. Perwakilan SHI, Iswahyudi, pernah menandatangani surat kesanggupan memberikan ganti rugi tertanggal 4 April 2008, atau 14 hari sebelum Presiden panen perdana, jika petani gagal panen untuk musim tanam Desember 2007. Anggota Konsultan Pendamping Petani (KPP), Bustanuddin (50), mengatakan, tanda-tanda gagal panen perdana sudah terlihat oleh petani. Serangan hama seperti wereng dan tikus semakin ganas. "Semula memang SHI tidak membolehkan penggunaan obat kimia, tetapi hama terus menyerang dan merebak, petani mendesak, akhirnya diizinkan pakai obat kimia, tetapi sudah terlambat," katanya. Penggunaan pupuk juga terlalu banyak yakni 300 kilogram per hektare, sedangkan IR hanya sekitar 75 kilogram per hektare. Jumlah petugas KPP di desa itu sebanyak 20 orang masing-masing 10 orang dari Grabag dengan bayaran Rp500 ribu per bulan melalui rekening di bank dan 10 lainnya dari Bantul dengan bayaran Rp600 ribu per bulan. Mulai akhir Agustus 2008 dirinya tidak lagi mendapat bayaran. Pimpinan SHI di desa itu, katanya, berganti-ganti orang dalam waktu relatif singkat dan sejak sekitar 20 hari lalu tidak ada lagi yang siaga di desa itu. Gandung mengatakan, sebagian petani tak lagi meneruskan padi Supertoy setelah gagal panen perdana. Mereka mengganti Supertoy ke jenis padi semula yakni IR 64 sehingga lahan Supertoy tinggal sekitar 96,32 hektare. Panen kedua menjelang Hari Lebaran 2008 ternyata juga gagal. Kades Gandung menyebut banyak padi yang gabuk karena serangan hama dan tidak ada lagi pendampingan dari SHI. Para petani melakukan aksi membakar tanaman di areal sawah mereka pada Rabu (3/9). "Saat gagal panen perdana, di rumah petani masih ada sisa panenan IR64 di rumah, kalau sekarang tidak ada lagi simpanan, padahal sudah mau Lebaran, sekarang petani menangis," katanya. Tarsan (55), petani setempat, menyatakan kekecewaan atas gagalnya panen Supertoy. Meskipun gagal panen perdana, katanya, jenis padi baru itu menjadi harapannya untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik saat panen kedua, menjelang Lebaran 2008. "Sekarang kami malah sengsara, mau Lebaran tetapi malah tidak panen," katanya. Petani Grabag melalui pemerintah desa menuntut ganti rugi Rp1,65 miliar karena gagal panen Supertoy, kepada Direktur Utama SHI di Jakarta. Surat tuntutan Nomor 001/IX/Dsa/2008 tertanggal 4 September 2008 itu ditandatangani Kades Gandung dan Kepala Badan Permusyawaratan Desa Grabag, Munawar. "Tuntutan itu sesuai dengan harga gabah sekarang, tuntutan kerugian satu ubin Rp24 ribu," kata Gandung. Jika dalam waktu satu minggu tidak ada realisasi, katanya, petani akan menuntut SHI secara hukum. Gagal panen Supertoy menjadi sorotan berbagai pihak terkait secara nasional. Dinas Pertanian dan Peternakan Pemkab Purworejo menurunkan petugasnya untuk mendata kerugian petani. Hasil pendataan akan dikirim ke pemerintah pusat di Jakarta. "Harapan kami ada bantuan benih untuk warga, jenis IR64 atau Ciherang," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Pemkab Purworejo, Jumali. Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Departemen Pertanian, Hindarwati, di Jakarta, Jumat (5/9), menyatakan, SHI melanggar Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman. Sebelum benih tanaman diedarkan, katanya, harus dilepas oleh Mentan terlebih dahulu untuk menjamin keunggulan varietas. Wakil Presiden, Jusuf Kalla, juga menyatakan keharusan SHI bertanggungjawab atas gagal panen Supertoy yang ternyata belum bersertifikat. Staf Khusus Presiden SBY, Heru Lelono, meminta SHI menyelesaikan masalah itu dengan petani dalam waktu satu minggu, terhitung mulai Jumat (5/9). Gagal panen Supertoy di desa itu, katanya, juga harus diteliti dan SHI harus turun ke Grabag untuk mendata petani yang gagal panen. Areal persawahan di kawasan itu kini masih berupa tanaman padi yang menguning namun gabuk dengan tanah sawah terlihat kering dan retak-retak karena terpaan terik matahari. Di sekitar areal sawah itu ratusan petani yang hendak merayakan Hari Lebaran 2008 meradang, menghadapi gagal panen Supertoy yang ternyata tidak super itu.(*)
Oleh Oleh M. Hari Atmoko
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008
Dan lihatlah, telitilah…. Berapa persen petani seluruh Indonesia yang memakai bibit padi BERSERTIFIKAT? Hanya 3%. Karena kebiasaan mereka menggunakan hasil padi kemarin untuk bibit padi berikutnya, jadi otomatis bibitnya tidak bersertifikat.