Jambi (ANTARA News) - Menyambut hari Raya Idul Fitri 1429 Hijriah, pengusaha atau penjahit pakaian di Jambi sepi pesanan, karena masyarakat lebih memilih membeli pakaian jadi. Syamsu (32) pemilik usaha penjahit pakaian `Rapi` di Kelurahan Jambi Selatan, Kota Jambi, Sabtu mengatakan, hampir sepekan puasa berjalan tidak ada peningkatan pesanan konsumen untuk dibuatkan pakaian lebaran. Berkurangnya warga yang memanfaatkan jasa tukang jahit untuk membuat pakaian, menurut Syamsu karena banyaknya produksi pakaian jadi yang model dan bentuknya bervariasi. Selain itu selisih harga untuk satu stel pakaian orang dewasa dengan kualitas dasar kain tertinggi pada tukang jahit Rp500 ribu, sementara pakaian jadi Rp450 ribu. Padahal kelebihan memesan atau membuat pakaian pada tukang jahit, ukuran dan model yang diinginkan bisa pas atau sesuai selera, sementara jika membeli pakaian jadi, kendati corak dan modelnya bagus seringkali tidak pas dengan ukuran badan. Nada serupa juga diutarakan Herman (45) usaha penjahit pakaian `Maskulin` di Pasar Kota Jambi, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan menggaji empat orang anak buahnya, dia lebih mengandalkan mencari pelanggan pejabat dan pegawai, atau karyawan untuk dibuatkan pakaian dinas secara kolektif. Empat orang anak buah yang dipekerjakannya mendapat upah jahit satu helai celana panjang Rp40 ribu, dan satu helai kemeja Rp35 ribu. Mereka rata-rata per hari mampu menjahit tiga stel pakaian, tergantung order atau pesanan. Pakaian dinas pejabat atau karyawan itu tidak ada di jual di pusat perbelanjaan atau toko pakaian dan hanya bisa dipesan dan ditempa di tukang jahit, baik untuk pribadi maupun secara kolektif.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008