Yogyakarta (ANTARA News) - Golongan putih (golput) atau kelompok yang memilih tidak menggunakan hak pilihnya, misalnya dalam Pemilu yang akan datang bukanlah kelompok yang sudah apatis terhadap kehidupan politik di Indonesia. "Golput juga merupakan aspirasi politik," tandas pemerhati politik asal Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Stefanus Nindito MSi, di Yogyakarta, Sabtu. Menurut dia, dalam apatisme politik akan selalu dibarengi dengan kepentingan politik, tetapi golput merupakan hasil dari sebuah alasan politik yang semakin cerdas dari masyarakat. Golput yang dapat dipastikan muncul pada Pemilu 2009, disebabkan karena tidak ada satu partai pun yang secara representatif mampu menampung aspirasi masyarakat mayoritas. Selain itu, adanya kecenderungan bahwa elit politik tertentu semakin terjebak dalam kepentingan parsial terhadap partainya. "Dengan kondisi seperti ini, masyarakat justru bisa berperan sebagai kontrol," katanya. Menurut dia, kondisi ideal yang harus dicapai oleh sebuah parpol peserta pemilu ialah, parpol tersebut mampu melakukan pembaruan program yang juga menyangkut pembelajaran politik kepada masyarakat. Selain itu, mampu mengimplementasikannya dalam perilaku politik kadernya sehingga program dari partai bisa terlaksana. "Sehingga yang terjadi bukan hanya obral jargon politik semata," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008