Dhaka, Bangladesh (ANTARA) - Topan Bulbul melanda Bangladesh pada malam hari, menewaskan dua orang, melukai banyak lagi dan merusak rumah tapi pengungsian lebih dulu menyelamatkan banyak nyawa dan kondisi terburuk sudah lewat, kata beberapa pejabat.
Tak ada kerusakan besar yang dilaporkan pada Ahad di beberapa kamp di Bangladesh Tenggara, tempat ratusan ribu pengungsi dari negara tetangganya, Myanmar, tinggal.
Seorang nelayan yang berusia 60 tahun, yang pemerintah katakan telah menolak untuk menyelamatkan diri ke satu tempat penampungan, tewas pada Sabtu malam (9/11) di rumah jeraminya.
Baca juga: Topan landa Bangladesh setelah hantam India
Seorang perempuan yang berusia 52 tahun yang telah bermalam di satu tempat penampungan kembali ke rumahnya pada Ahad tapi tewas ketika satu pohon menimpa rumahnya.
Sebanyak dua juta orang dari seluruh 13 kabupaten pantai Bangladesh berlindung di sebanyak 5.558 tempat penampungan pada Sabtu malam. Di luar, kecepatan angin meningkat jadi antara 100 dan 120 kilometer (62 sampai 75 mil) per jam dan sebagian daerah dataran rendah terendam banjir.
Kecepatan angin sekarang telah turun jadi antara 70 dan 80 kilometer (43 sampai 50 mil) per jam.
Sebanyak 1.200 wisatawan, kebanyakan, dari dalam negeri terjebak di Pulau Saint Martin di Kabupaten Cox's Bazar, kata Enamur Rahman, Menteri Muda Urusan Penanganan Bencana dan Bantuan, kepada Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad.
Baca juga: AL Bangladesh selamatkan 24 orang dari laut
Dengan tanda turun jadi 4, mereka semua akan diselamatkan," katanya. Ia merujuk kepada sistem peringatan topan.
Musim topan di Teluk Benggala dapat berlangsung dari April sampai Desember. Pada 1999, satu topan super menerjang Pantai Negara Bagian Odisha di India selama 30 jam, dan menewaskan 10.000 orang.
Negara Bagian Benggala Barat dan Odisha di bagian timur India telah menerima curah hujan lebat sejak Sabtu dini hari dan ada laporan mengenai ratusan pohon yang tumbang.
Baca juga: Siklon Roanu tewaskan 21 orang di Bangladesh
Sumber: Reuters
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019