Denpasar (ANTARA News) - Masyarakat luas semakin menghargai etik profesi perupa di Indonesia sekaligus menjamin kemerdekaan berekspresi di atas kanvas."Karya-karya seni yang dihasilkan pelukis mendapat tempat di kalangan penikmat, pencinta seni dan masyarakat luas," kata dosen jurusan Seni Rupa Murni Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, I Wayan Kun Adnyana, Jumat.Ia mengatakan, berbagai cara dan upaya dilakukan masyarakat serta pencinta dan penikmat seni dalam menghargai profesi seniman kanvas.Di Bali misalnya, puluhan tokoh dan pencinta seni membangun museum untuk menghormati kemerdekaan dan capaian kreatif perupa-perupa Bali, nasional maupun mancanegara, tutur Kun Adnyana. Prof Dr Djelantik (alm) lewat bukunya "Balinese Paintings (Oxford University Press)" memonumentalkan capaian ekspresi perupa Bali tahun 1986. Selain itu juga memberikan penghargaan khusus kepada seniman kanvas untuk menghasilkan karya seni di Bali dalam sederet penanaman kategori ekpresi artistik, mulai dari lukisan tradisi, modern, seni lukis akademis hingga karya pelukis petualangan. Kun Adnyana yang juga seniman kanvas yang sukses menggelar pameran di sejumlah tempat itu menambahkan, Raja Ubud Tjokorda Gde Agung Sukawati (alm) tahun 1930-an telah berperan sebagai mediator mendirikan himpunan pelukis Pita Maha bersama Rudolf Bonnet, warga negara Belanda dan Walter Spies (Jerman). "Mereka sepakat mendirikan museum Puri Lukisan Ratna Warta Ubud untuk mengabadikan karya-karya pelukis, sekaligus menyelamatkan dan melestarikan karya seni "Pita Maha". Demikian pula Bali Biennale 2005, sebuah pameran yang mewadahi karya multimatra seni rupa telah mendapat respon antusias ratusan seniman kanvas di Indonesia. Seniman untuk menghasilkan karya seni kanvas, arsitektur dan karya seni lainnya yang bermutu bersinergi dengan "Catur Marga", yakni empat jalan menuju kemuliaan, yang satu sama lainnya menyatu dalam garis profesi. Setiap profesi memiliki kewajiban kerja (karma), menjunjung iptek (jnana), memiliki hak otoritas spesifik (raja) dan mengabdi pada kemanusiaan (bhakti). Hak dan kewajiban yang lekat, kreatif dan mengasah wawasan yang artistik dengan iptek mampu menghasilkan sebuah karya seni yang digeluti seniman lukis, ujar Kun Adnyana.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008