Jakarta (ANTARA News) - Jurubicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan bahwa pemulangan ribuan warga Nangroe Aceh Darussalam, yang mengungsi ke Malaysia pasca-tsunami, akan dilakukan bertahap.
"Pemerintah Indonesia berharap sampai akhir tahun dapat berangsur-angsur memulangkan mereka," kata Faiza kepada wartawan di Jakarta pada Jumat.
Menurut Faiza, jumlah pengungsi Aceh pemegang kartu tsunami itu semula 30 ribu orang, namun beberapa di antaranya telah kembali ke Indonesia, sehingga saat ini diperkirakan tinggal 24 ribu orang.
"Sebenarnya, pemerintah Malaysia telah memperpanjang ijin tinggal hingga Agustus 2008, namun karena jumlah mereka besar, maka pemerintah daerah Aceh meminta kelonggaran," katanya.
Pemerintah Daerah, tambah Jurubicara Departemen Luar Negeri, tidak siap menampung seluruh pengungsi Aceh itu, terutama dari segi lapangan pekerjaan.
"Pemerintah Malaysia tidak secara spesifik memberikan jawaban, namun sepertinya memberikan kelonggaran hingga akhir tahun," katanya.
Faiza mengatakan bahwa pemulangan warga Aceh itu akan dilakukan bertahap dan saat ini, perwakilan Indonesia di Kualalumpur sedang menyiapkan Surat Perintah Laksana Paspor agar pengungsi tersebut dapat pulang.
"Pada saat ini sudah banyak yang minta. Jadi, kami harap hingga akhir tahun, mereka dapat berangsur-angsur pulang," katanya.
Disebutkannya juga bahwa pemberi kerja di Malaysia dapat memberikan saran kepada pemerintah Malaysia agar pemegang kartu tsunami itu mendapatkan ijin tinggal di Malaysia.
"Jadi, yang segera dipulangkan adalah yang tidak mendapatkan rekomendasi," katanya.
Ribuan warga asal Aceh tercatat sebagai pemegang "kartu tsunami" dan memperoleh izin tinggal sementara di Malaysia sebagai wujud rasa simpati pemerintah Malaysia dalam membantu masyarakat Aceh pasca-tsunami, 26 Desember 2004.
Sebelumnya, Ketua DPR Aceh Sayed Fuad mengatakan bahwa Gubernur Aceh Irwandi Yusuf telah melakukan pendekatan agar izin tinggal sementara warga perantau itu bisa diperpanjang hingga akhir 2010.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008