Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui tidak mudah untuk melakukan perundingan ulang soal kontrak ekspor LNG Tangguh dengan China karena harganya yang sudah dipatok namun dengan pengertian kedua negara optimistis semua akan berjalan lancar.
"Keadaan sudah berubah dan saya yakin pemerintah China memahami kedua negara saling menguntungkan, tapi memang tidak mudah mengubah kontrak yang sudah dipatok, tetapi dengan saling pengertian kedua negara akan lebih mudah," kata Wapres Kalla ketika konperensi pers seusai sholat Jumat di Jakarta.
Menurut Wapres, kesepakatan untuk melakukan pembicaraan ulang khususnya menyangkut harga LNG Tangguh didapatkan dalam pertemuannya dengan Presiden China Hu Jianto dan Wapres China Xi Jinping dalam kunjungan dua pekan lalu ke negara itu.
Wapres menjelaskan saat ini pemerintah terus mempersiapkan perundingan termasuk dengan kesiapan tim perunding. Menurut Wapres, pemerintah China bisa memahami keinginan Indonesia untuk melakukan pembicaraan ulang soal kontrak LNG Tangguh.
"Perundingan selalu dimulai dengan yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Yang jelas Beijing (China) sudah terbuka untuk itu (perundingan)," kata Wapres.
Wapres juga menegaskan kedua negara menyadari saling membutuhkan karena itu dalam perundingan ulang ini tidak ada saling mengancam.
Kontrak ekspor LNG Tangguh untuk Provinsi Fujian China ditandatangani tahun 2002 saat pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Kontrak untuk massa 25 tahun tersebut dipatok dengan harag 2,4 dolar AS per MMBTU (million million british thermal unit).
Namun kemudian dilakukan perundingan ulang sehingga harga bisa naik menjadi 3,8 dolar per MMBTU. Meskipun sudah naik, namun Wapres menilai harga itu masih terlalu rendah sehingga jika diteruskan akan merugikan Indonesia hingga Rp700 triliun.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008