Semarang (ANTARA News) - Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah didesak segera menyelidiki kasus gagal panen padi jenis supertoy, yang sebelumnya diklaim bisa panen tiga kali dalam sekali tanaman.
Anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah, Fatria Rahmadi di Semarang, Jumat, mengatakan kasus supertoy tersebut menunjukkan pemerintah gagal memroteksi dan memberdayakan petani.
Ia mengingatkan, gagal panen padi supertoy yang menimpa petani Desa Grabak, Kabupaten Purworejo itu menyebabkan kerugian lebih dari satu miliar rupiah.
Penyelidikan tersebut antara lain meliputi kualitas benih, pemeliharaan, serangan hama, dan aspek lain yang berkaitan langsung dengan padi supertoy.
Sejumlah petani Desa Grabag, Kabupaten Purworejo menuntut ganti rugi sekitar Rp1,65 miliar kepada PT Sarana Harapan Indopangan (SHI) yang melakukan budidaya bibit padi supertoy di areal sawah desa itu.
Para petani dirugikan karena padi jenis supertoy yang ditanam ternyata tidak membuahkan hasil. Pada 17 April 2008 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri panen perdana padi supertoy di areal tersebut.
Pengembangan budidaya supertoy di desa itu semula seluas 103,01 hektare namun kini areal tinggal sekitar 96,32 hektare karena sejumlah petani beralih menanam padi IR setelah gagal panen supertoy.
Fatria mendesak Dinas Pertanian Jateng membela petani yang menjadi korban supertoy. "Harus ada bantuan konkret kepada petani korban padi supertoy, agar beban mereka lebih ringan," katanya.
Bantuan tersebut antara lain berupa benih, pupuk, dan kebutuhan sarana produksi lainnya, agar para petani bisa segera memulagi lagi menanam padi jenis lain.
"Kami mengecam segala bentuk kegiatan yang menjadikan petani sebagai objek eksperimen, yang pada gilirannya merugikan petani," kata politikus PDIP itu.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008